Jumat, 20 November 2009

BUKU TERBITAN BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI BALI RAIH PENGHARGAAN DAN HADIAH UANG TUNAI 100 JUTA RUPIAH

Buku kumpulan puisi yang penerbitannya dibiayai APBD Provinsi Bali Tahun 2008 meraih penghargaan tingkat nasional Khatulistiwa Literary Award Tahun 2009 dan berhak atas hadiah uang tunai sebesar Rp 100 juta. Buku kumpulan puisi berjudul ”Dongeng Anjing Api” karya Sindu Putra yang diterbitkan melalui Program Widya Pataka pada Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali tersebut merupakan salah satu dari sepuluh buku penerima penghargaan ”Widya Pataka” Tahun 2008.
Penganugrahan Khatulistiwa Literary Award atau Anugerah Sastra Khatulistiwa kesembilan digelar di Plaza Senayan, Jakarta, (10/11). Penulis asal Bali, Sindu Putra, memenangkan kategori Puisi Terbaik untuk karyanya yang berjudul Dongeng Anjing Api. Kategori Prosa Terbaik diraih oleh F. Rahardi dengan karyanya berjudul Lembata. Keduanya berhak memperoleh hadiah uang tunai masing-masing Rp 100 juta. Sedangkan untuk kategori Penulis Muda Berbakat Terbaik dimenangkan oleh Ria N. Badaria (berhadiah Rp 25 juta) dan Hadiah Khusus Metropoli D’Asia Khatulistiwa diraih oleh Sihar Ramses Simatupang dengan karyanya Bulan Lebam (berhadiah Euro 3.000).
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali sangat bersyukur buku terbitan program Widya Pataka bisa mendapatkan penghargaan tingkat nasional seraya berharap hadiah ini akan semakin merangsang penulis lain untuk terus menulis tentang Bali. Hadiah ini juga membuktikan bahwa buku-buku yang diterbitkan melalui Program Widya Pataka benar-benar berkualitas dan membawa nama harum untuk Bali di tingkat nasional.
Anugerah Sastra Khatulistiwa dicetus pertama kali oleh Richard Oh pada suatu malam sembilan tahun silam di sebuah restoran di sekitar jalan Veteran-Jakarta. Hadir pada malam itu, Takeshi Ichiki (pada waktu itu President Director Plaza Senayan), penulis Danarto dan penyair Sutardji Calzioum Bachri dan beberapa sastrawan lain. Tercetusnya Anugerah Sastra Khatulistiwa pada waktu itu terdorong oleh sebuah inisiatif untuk memberikan sebuah hadiah berpundi lumayan berarti supaya penulis-penulis yang memenangkan hadiah sastra Khatulistiwa bisa melanjutkan cita-citanya berkarya.
Dengan visi yang tidak muluk-muluk ini maka terciptalah sebuah anugerah sastra. Dan ketika dibentuk sebuah panitia untuk mewujudkan program anugerah sastra, maka Richard Oh menawarkan sebuah sistem penjurian yang menurutnya merupakan sebuah apresiasi secara langsung dari para sastrawan, akademisi, wartawan kebudayaan di dalam satu komunitas bersama dengan para sastrawan. Sistem penilaian Khatulistiwa oleh karena itu dibentuk sedemikian rupa sehingga ia mencerminkan tujuan ini. Sebuah hadiah sastra yang diselenggara oleh panitia Anugerah Sastra Khatulistiwa, namun pemenang-pemenangnya ditentukan oleh para anggota yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam komunitas sastra dan kebudayaan.
Setiap tahun Anugerah Sastra Khatulistiwa menyeleksi dari karya-karya sastra yang terbit dalam kurun waktu 12 bulan. Semua karya yang terpilih diseleksi langsung oleh para juri. Tidak ada kriteria khusus bahwa karya-karya sastra harus dikirim ke pihak panitia agar dikualifikasi menjadi peserta. Walau demikian, pihak penerbit disarankan mengirim karya-karya sastra terbitannya kepada panitia karena ini sangat membantu penyaringan panitia akan karya-karya yang terbit dalam kurun waktu 12 bulan itu. Seorang koordinator juri dipilih oleh pihak penyelenggara untuk menyusun sebuah tim juri dari berbagai latar seperti yang tertera di atas. Tiga babak pemilihan yang berkembang dalam proses penentuan pemenang-pemenang Anugerah Sastra Khatulistiwa, yang biasanya diselenggarakan sekitar Nopember setiap tahun.

Rabu, 11 November 2009

GUBERNUR BALI ANUGRAHKAN HADIAH BAGI PENULIS BUKU BALI


Gubernur Bali diwakili Wakil Gubernur, Puspayoga, pada Rabu (11/11) bertempat di Aula BPKB Sesetan Denpasar kembali memberikan penghargaan ”Widya Pataka” kepada penulis yang telah menulis buku tentang Bali. Penghargaan “Widya Pataka” tersebut diberikan kepada para penulis yang telah menunjukkan kualitas, konsistensi, produktivitas, komitmen penulisnya, dan manfaat karyanya untuk masyarakat luas. Pada kesempatan tersebut Gubernur Bali juga membuka secara resmi Seminar Industri Penerbitan Buku di Bali serta Bedah Buku Widya Pataka.

Penghargaan Widya Pataka yang dilaksanakan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali ini pertama kali diberikan tahun 2006. Pada saat itu telah diberikan penghargaan kepada 6 (enam) orang Penulis / Pengarang Bali yaitu : DRS. I NYOMAN MANDA, I WAYAN PAMIT, I KETUT RUMA (kategori pengarang berbahasa Bali) dan PROF. DR. I G.N. NALA, M.PH, IDA AYU PUTU SURAYIN, DRS. I.B. PUTU SUDARSANA, MBA, MM. (kategori pengarang berbahasa Indonesia). Kepada masing-masing pengarang diberikan plakat Widya Pataka dan hadiah uang tunai.

Berbeda dengan pelaksanaan tahun 2006, penghargaan “Widya Pataka” tahun 2007 diberikan berupa plakat dan hadiah / bantuan biaya cetak / penerbitan buku dari pengarang bersangkutan. Widya Pataka 2007 diberikan kepada 14 (empat belas) orang pengarang Bali yaitu : IGK TRIBANA (judul buku Desas-desus Seks dalam Pendidikan), KADEK SUARTAYA (Seni Pertunjukan Bali), KETUT WIANA (Sembahyang Memuja Tuhan), MADE ADNYANA (Padi Dumadi), MADE NITIS (Budidaya Gamal di Lahan Kering), MADE SUJAYA (Perkawinan Terlarang), MADE TARO (Dongeng Sepanjang Abad), MAS RUSCITA DEWI (Penari Sanghyang), NYOMAN SUKAYA SUKAWATI (Mencari Surga di Bom Bali), NYOMAN TINGKAT (Kumpulan Esei), NYOMAN WIRATA (Merayakan Pohon di Kebun Puisi), WAYAN JENDRA (Sampradaya, Kelompok Belajar Weda), WAYAN KUN ADNYANA (Nalar Rupa Perupa), dan WAYAN SUNARTA (Impian Usai).

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali kembali menggelar kegiatan ini di tahun 2008 untuk ketiga kalinya. Penghargaan “Widya Pataka” Tahun 2008 ini diberikan kepada 10 orang penulis / pengarang Bali yaitu : NYOMAN DARMA PUTRA (Bali dalam Kuasa Politik), IDA BAGUS MARTINAYA (Peti), MADE SUANTHA (Pastoral Kupu-kupu), SINDU PUTRA (Dongeng Anjing Api), WAYAN JUNIARTA (Bungklang Bungkling), SUNARYONO BASUKI KS (Hanya Nestapa), GDE ARTAWAN (Petarung Jambul), WAYAN SUARDIKA (Orang Kalah), A.A.G. OKA WISNUMURTI (Elit Lokal di Bali), WAYAN ARTIKA (Kembali ke Bali). Kesepuluh judul buku yang telah diterbitkan tersebut mewakili berbagai jenis buku antara lain ada kumpulan puisi, kumpulan cerpen, naskah drama, novel, esei, dan hasil penelitian. Buku-buku tersebut saat ini telah beredar luas di masyarakat, khususnya di toko-toko buku di Bali dan luar Bali.

Pada tahun 2009, penghargaan “Widya Pataka” diberikan kepada penulis / pengarang Bali sebagai berikut : I GDE DHARNA ( Dasa Tali Dogen), IDA BAGUS MADE DAHRMA PALGUNA, PH.D. (Shintany Rabbhana), DRS. IDA BAGUS GEDE PARWITA (Wayang), ARIF BAGUS PRASETYO (Memento), WAYAN GUNASTA (Bali Ho Ho Ho), I GDE WAYAN SOKEN BANDANA, SS. M.SI. (Ritual Tolak Bala di Bali), PROF. DR. NYOMAN SADRA DHARMAWAN, MS. (Anjing Bali dan Rabies), I GUSTI PUTU ARTHA, SP.M.SI. (Konspirasi Media dan Kandidat dalam Pilkada Bali), DR. IR. MADE ANTARA, MS. (Pertanian, Bangkit atau Bangkrut), dan PROF. DR. I MADE SUKARSA, SE.MS. (Biaya Upacara Orang Bali). Kepada masing-masing pemenang diberikan hadiah berupa biaya cetak buku masing-masing sebesar Rp 7.500.000,- dan plakat ”Widya Pataka”.

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dalam laporannya berharap, Widya Pataka diberikan setiap tahun sehingga setiap pengarang / penulis memperoleh kesempatan yang sama. Penghargaan ini dapat merangsang para penulis untuk terus berkreativitas menulis dan secara tidak langsung akan menumbuhkan iklim yang sehat terhadap pertumbuhan penerbitan buku di Bali. Kelak, penghargaan akan diperluas untuk ‘karya cetak dan karya rekam (KCKR)’. Untuk kategori terakhir tentu saja termasuk kaset, video, film documenter, dan sejenis.

Adapun keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah adanya dialog dan hubungan kerja antara penulis dan penerbit, merangsang pertumbuhan penerbit, merangsang para pengarang / penulis untuk lebih giat dan tekun menulis mengenai Bali, memberikan pemahaman mendalam mengenai bagaimana sesungguhnya karakter manusia Bali di tengah arus modernisasi dan globalisasi dewasa ini serta meningkatnya pemahaman para penerbit karya cetak dan karya rekam pada hakikat UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.

Gubernur Bali pada kesempatan itu menyampaikan rasa syukur, bahwa Bali memiliki banyak pengarang / penulis berbakat dan juga penerbit yang sangat mencintai Bali. Kecintaan mereka yang tulus, tanpa memikirkan keuntungan semata, tapi lebih kepada pengabdian dan kebanggaan pribadi telah memberikan spirit untuk terus berkarya dan mencipta sehingga masih tetap mampu melahirkan karya-karya luar biasa yang sangat berguna di masyarakat dan terus diburu oleh masyarakat pembacanya. Tidak sedikit kita jumpai, pengarang Bali bersusah payah memodali, mencetak, menjilid bahkan sampai memasarkan sendiri karya-karyanya. Intelektualitas, komitmen dan totalitas pengarang / penulis Bali tersebut patut diacungi jempol.

Gubernur Bali menyambut baik ide dan gagasan pelaksanaan kegiatan yang terintegrasi ini dengan harapan akan menumbuhkan sinergi untuk memajukan dunia penerbitan buku di Bali dan sekaligus sebagai upaya pelestarian hasil budaya bangsa yang tercetak dan terekam. Melalui kegiatan yang mempertemukan para pengarang / penulis dengan penerbit dan instansi terkait lainnya diharapkan akan ditemukan jalan keluar yang saling menguntungkan dalam proses penulisan dan penerbitan buku serta mempercepat pertumbuhan karya cetak dan karya rekam lainnya di Bali.

Menurut Gubernur Bali, Pemerintah sangat berkepentingan dengan tumbuhkembangnya dunia penerbitan karya cetak dan karya rekam untuk memperkaya koleksi perpustakaan dan memperlancar proses pemberian dan penelusuran informasi seluas-luasnya mengenai Bali yang dilakukan oleh masyarakat pemakai jasa perpustakaan. Meningkatnya minat baca masyarakat Bali dan kebutuhannya pada informasi yang terkandung dalam karya cetak dan karya rekam belum secara optimal dapat kita imbangi dengan pertumbuhan koleksi karya cetak dan karya rekam. Upaya-upaya pembelian buku, majalah, media cetak dan karya rekam lainnya yang telah dilakukan selama ini mungkin belum dapat secara optimal memenuhi standar kepuasan para pemakai jasa perpustakaan. Kedepannya Pemerintah Provinsi Bali terus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat pada informasi yang terkandung dalam karya cetak dan karya rekam, khususnya terbitan Bali. Sesuai dengan amanat UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, kami senantiasa akan mengupayakan mewujudkan koleksi karya cetak dan karya rekam yang lengkap dan utuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai Bali serta sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya Bali yang luhur.

Reporter :
Ketut Sumerta, SE.