Rabu, 02 Desember 2009

PEMASYARAKATAN PERPUSTAKAAN DAN MINAT BACA

Pemasyarakatan Perpustakaan dan Minat Baca perlu dilaksanakan terus menerus untuk menyatukan visi dan persepsi semua stakeholder perpustakaan guna membangkitkan minat baca masyarakat. Pemasyarakatan ini diharapkan dapat membentuk manusia yang cerdas dan berilmu pengetahuan guna mendukung terwujudnya visi Bali 2020. Demikian ditegaskan oleh Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dalam sambutan yang dibacakan oleh Sekretaris Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Drs. I Gde Mahardiana, M.Si., saat membuka Kegiatan Pemasyarakatan Perpustakaan dan Minat Baca 2009. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Puri Nusa Indah Denpasar pada tanggal 24 Nopember 2009.

Lebih jauh, Mahardiana menekankan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menjamin hak masyarakat dalam memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan melalui layanan di bidang perpustakaan. Adapun upaya yang bisa dilaksanakan antara lain mendorong keberlangsungan penyelenggaraan Perpustakaan Daerah sebagai wadah penyedia akses informasi dan ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi serta teknologi komunikasi dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan; mengembangkan dan memfungsikan Perpustakaan Daerah Provinsi yang pada gilirannya dapat melakukan fungsi pembinaan terhadap tumbuh dan berkembangnya Perpustakaan Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan peran pembinaan yang dimungkinkan; mendorong tumbuhnya Perpustakaan Umum Kecamatan yang dibina langsung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam spirit otonomi yang bertanggung jawab; dan selanjutnya melalui fungsi perpustakaan Umum Kecamatan, akan didorong tumbuh dan berkembangnya Perpustakaan Desa, Perpustakaan sekolah dan berbagai Taman Bacaan Masyarakat sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing daerah untuk mendorong minat baca masyarakat pedesaan.

Saat ini perhatian dan dukungan dari Pemerintah Provinsi Bali dalam pembinaan sumber daya manusia semakin besar. Hal ini dapat dilihat dimana pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia telah menjadi salah satu prioritas pembangunan Provinsi Bali. “Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia ini tidak hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah semata akan tetapi juga merupakan tugas dan tanggung jawab segenap lapisan masyarakat dan lembaga pendidikan yang ada di Bali. Untuk itu berbagai sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki, terutama terhadap Perpustakaan di Sekolah-sekolah, perpustakaan milik Pemerintah maupun swasta dan Taman Bacaan Masyarakat hendaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal”, ungkap Mahardiana.

Sebelumnya Kepala Bidang Layanan dan Pelestarian Perpustakaan, Dra. Nyoman Andari, dalam laporannya menyampaikan bahwa membaca merupakan kunci keberhasilan masyarakat dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan merupakan unsur terpenting dalam pendidikan baik bersifat formal maupun non formal. Minat baca pada masyarakat akan tumbuh dan berkembang melalui kebiasaan membaca yang dibentuk dari lingkungan internal yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan eksternal yaitu lingkungan sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Agar dapat dicapai hasil yang optimal maka upaya pemasyarakatan perpustakaan dan minat baca harus dipupuk, dibina dan ditingkatkan secara serentak dan terpadu melalui usaha bersama yang melibatkan semua komponen dalam hal ini stakeholder baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/ Kota. Sebagai bentuk konkret yang perlu diupayakan dalam rangka peningkatan minat baca masyarakat adalah berupa penyediaan dan pemberdayaan fasilitas perpustakaan, taman bacaan masyarakat dan sumber informasi lainnya baik yang dikelola oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat sendiri, tandas Andari.

Menurut Andari, kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi akan pentingnya membaca dalam kehidupan sehari – hari, menghimpun masukan – masukan dari peserta Pemasyarakatan Perpustakaan dan membuat rekomendasi untuk pengembangan minat baca serta selanjutnya menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya pemasyarakatan perpustakaan dan minat baca. Pesertanya terdiri dari Kepala Badan / Dinas dilingkungan Pempov Bali, Kepala Perpustakaan Umum se-Bali, Kepala Perpustakaan Sekolah TK, SD, SMP, SMA. Kepala Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Pejabat Fungsional Pustakawan dengan jumlah peserta 120 Orang.

Materi yang dibahas dalam pemasyarakatan ini menyangkut Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Perpustakaan dan Minat Baca. Materi lainnya berupa kajian Perpustakaan Sekolah sebagai Sarana Peningkatan Minat Baca, Membangun Budaya Baca dalam Mencerdaskan Bangsa, Pengembangan Perpustakaan Sekolah, dan Pemasyarakatan Perpustakaan dan Pengembangan Minat baca.

PEMUSNAHAN ARSIP

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali pada tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan penilaian dan pemusnahan arsip. Arsip yang dinilai dan dimusnahkan adalah arsip in aktif. Sebelum dimusnahkan arsip in aktif ini telah dinilai oleh Tim Penilai dan Pemusnah Arsip Provinsi Bali Tahun 2009. Penilaian dan pemusnahannya dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2009.

Arsip in aktif yang dimusnahkan pada tahun 2009 ini merupakan arsip in aktif milik Deparpostel, Depkes dan Deppen. Arsip milik Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yang dimusnahkan merupakan arsip tahun 1977 – 2001 sebanyak 3.000 berkas (60.895 lembar), tahun 1975 – 2000 sebanyak 468 buku (55.562 lembar). Arsip in aktif milik Departemen Kesehatan yang dimusnahkan merupakan arsip tahun 1972 – 2001 sebanyak 495 berkas (9.151 lembar), tahun 1977 – 2001 sebanyak 193 buku (17.109 lembar). Sedangkan arsip in aktif milik Departemen Penerangan meliputi arsip tahun 1962 – 1997 sebanyak 780 berkas (15.650 lembar) dan arsip tahun 1949 – 2000 sebanyak 518 buku (15.809 lembar).

Pemusnahan yang dilakukan dengan cara mencercah menjadi kertas rumput ini mempunyai maksud dan tujuan untuk mengatasi penimbunan dokumen yang tidak berguna di kantor / SKPD bersangkutan. Dengan dilaksanakannya pemusnahan arsip in aktif ini akan dapat mengurangi beban penyimpanan serta menghemat ruang. Penilaian dan pemusnahan juga dimaksudkan untuk mengumpulkan dokumen yang selektif sehingga mudah melakukan pencarian / penelusuran.

Jumat, 20 November 2009

BUKU TERBITAN BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI BALI RAIH PENGHARGAAN DAN HADIAH UANG TUNAI 100 JUTA RUPIAH

Buku kumpulan puisi yang penerbitannya dibiayai APBD Provinsi Bali Tahun 2008 meraih penghargaan tingkat nasional Khatulistiwa Literary Award Tahun 2009 dan berhak atas hadiah uang tunai sebesar Rp 100 juta. Buku kumpulan puisi berjudul ”Dongeng Anjing Api” karya Sindu Putra yang diterbitkan melalui Program Widya Pataka pada Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali tersebut merupakan salah satu dari sepuluh buku penerima penghargaan ”Widya Pataka” Tahun 2008.
Penganugrahan Khatulistiwa Literary Award atau Anugerah Sastra Khatulistiwa kesembilan digelar di Plaza Senayan, Jakarta, (10/11). Penulis asal Bali, Sindu Putra, memenangkan kategori Puisi Terbaik untuk karyanya yang berjudul Dongeng Anjing Api. Kategori Prosa Terbaik diraih oleh F. Rahardi dengan karyanya berjudul Lembata. Keduanya berhak memperoleh hadiah uang tunai masing-masing Rp 100 juta. Sedangkan untuk kategori Penulis Muda Berbakat Terbaik dimenangkan oleh Ria N. Badaria (berhadiah Rp 25 juta) dan Hadiah Khusus Metropoli D’Asia Khatulistiwa diraih oleh Sihar Ramses Simatupang dengan karyanya Bulan Lebam (berhadiah Euro 3.000).
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali sangat bersyukur buku terbitan program Widya Pataka bisa mendapatkan penghargaan tingkat nasional seraya berharap hadiah ini akan semakin merangsang penulis lain untuk terus menulis tentang Bali. Hadiah ini juga membuktikan bahwa buku-buku yang diterbitkan melalui Program Widya Pataka benar-benar berkualitas dan membawa nama harum untuk Bali di tingkat nasional.
Anugerah Sastra Khatulistiwa dicetus pertama kali oleh Richard Oh pada suatu malam sembilan tahun silam di sebuah restoran di sekitar jalan Veteran-Jakarta. Hadir pada malam itu, Takeshi Ichiki (pada waktu itu President Director Plaza Senayan), penulis Danarto dan penyair Sutardji Calzioum Bachri dan beberapa sastrawan lain. Tercetusnya Anugerah Sastra Khatulistiwa pada waktu itu terdorong oleh sebuah inisiatif untuk memberikan sebuah hadiah berpundi lumayan berarti supaya penulis-penulis yang memenangkan hadiah sastra Khatulistiwa bisa melanjutkan cita-citanya berkarya.
Dengan visi yang tidak muluk-muluk ini maka terciptalah sebuah anugerah sastra. Dan ketika dibentuk sebuah panitia untuk mewujudkan program anugerah sastra, maka Richard Oh menawarkan sebuah sistem penjurian yang menurutnya merupakan sebuah apresiasi secara langsung dari para sastrawan, akademisi, wartawan kebudayaan di dalam satu komunitas bersama dengan para sastrawan. Sistem penilaian Khatulistiwa oleh karena itu dibentuk sedemikian rupa sehingga ia mencerminkan tujuan ini. Sebuah hadiah sastra yang diselenggara oleh panitia Anugerah Sastra Khatulistiwa, namun pemenang-pemenangnya ditentukan oleh para anggota yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam komunitas sastra dan kebudayaan.
Setiap tahun Anugerah Sastra Khatulistiwa menyeleksi dari karya-karya sastra yang terbit dalam kurun waktu 12 bulan. Semua karya yang terpilih diseleksi langsung oleh para juri. Tidak ada kriteria khusus bahwa karya-karya sastra harus dikirim ke pihak panitia agar dikualifikasi menjadi peserta. Walau demikian, pihak penerbit disarankan mengirim karya-karya sastra terbitannya kepada panitia karena ini sangat membantu penyaringan panitia akan karya-karya yang terbit dalam kurun waktu 12 bulan itu. Seorang koordinator juri dipilih oleh pihak penyelenggara untuk menyusun sebuah tim juri dari berbagai latar seperti yang tertera di atas. Tiga babak pemilihan yang berkembang dalam proses penentuan pemenang-pemenang Anugerah Sastra Khatulistiwa, yang biasanya diselenggarakan sekitar Nopember setiap tahun.

Rabu, 11 November 2009

GUBERNUR BALI ANUGRAHKAN HADIAH BAGI PENULIS BUKU BALI


Gubernur Bali diwakili Wakil Gubernur, Puspayoga, pada Rabu (11/11) bertempat di Aula BPKB Sesetan Denpasar kembali memberikan penghargaan ”Widya Pataka” kepada penulis yang telah menulis buku tentang Bali. Penghargaan “Widya Pataka” tersebut diberikan kepada para penulis yang telah menunjukkan kualitas, konsistensi, produktivitas, komitmen penulisnya, dan manfaat karyanya untuk masyarakat luas. Pada kesempatan tersebut Gubernur Bali juga membuka secara resmi Seminar Industri Penerbitan Buku di Bali serta Bedah Buku Widya Pataka.

Penghargaan Widya Pataka yang dilaksanakan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali ini pertama kali diberikan tahun 2006. Pada saat itu telah diberikan penghargaan kepada 6 (enam) orang Penulis / Pengarang Bali yaitu : DRS. I NYOMAN MANDA, I WAYAN PAMIT, I KETUT RUMA (kategori pengarang berbahasa Bali) dan PROF. DR. I G.N. NALA, M.PH, IDA AYU PUTU SURAYIN, DRS. I.B. PUTU SUDARSANA, MBA, MM. (kategori pengarang berbahasa Indonesia). Kepada masing-masing pengarang diberikan plakat Widya Pataka dan hadiah uang tunai.

Berbeda dengan pelaksanaan tahun 2006, penghargaan “Widya Pataka” tahun 2007 diberikan berupa plakat dan hadiah / bantuan biaya cetak / penerbitan buku dari pengarang bersangkutan. Widya Pataka 2007 diberikan kepada 14 (empat belas) orang pengarang Bali yaitu : IGK TRIBANA (judul buku Desas-desus Seks dalam Pendidikan), KADEK SUARTAYA (Seni Pertunjukan Bali), KETUT WIANA (Sembahyang Memuja Tuhan), MADE ADNYANA (Padi Dumadi), MADE NITIS (Budidaya Gamal di Lahan Kering), MADE SUJAYA (Perkawinan Terlarang), MADE TARO (Dongeng Sepanjang Abad), MAS RUSCITA DEWI (Penari Sanghyang), NYOMAN SUKAYA SUKAWATI (Mencari Surga di Bom Bali), NYOMAN TINGKAT (Kumpulan Esei), NYOMAN WIRATA (Merayakan Pohon di Kebun Puisi), WAYAN JENDRA (Sampradaya, Kelompok Belajar Weda), WAYAN KUN ADNYANA (Nalar Rupa Perupa), dan WAYAN SUNARTA (Impian Usai).

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali kembali menggelar kegiatan ini di tahun 2008 untuk ketiga kalinya. Penghargaan “Widya Pataka” Tahun 2008 ini diberikan kepada 10 orang penulis / pengarang Bali yaitu : NYOMAN DARMA PUTRA (Bali dalam Kuasa Politik), IDA BAGUS MARTINAYA (Peti), MADE SUANTHA (Pastoral Kupu-kupu), SINDU PUTRA (Dongeng Anjing Api), WAYAN JUNIARTA (Bungklang Bungkling), SUNARYONO BASUKI KS (Hanya Nestapa), GDE ARTAWAN (Petarung Jambul), WAYAN SUARDIKA (Orang Kalah), A.A.G. OKA WISNUMURTI (Elit Lokal di Bali), WAYAN ARTIKA (Kembali ke Bali). Kesepuluh judul buku yang telah diterbitkan tersebut mewakili berbagai jenis buku antara lain ada kumpulan puisi, kumpulan cerpen, naskah drama, novel, esei, dan hasil penelitian. Buku-buku tersebut saat ini telah beredar luas di masyarakat, khususnya di toko-toko buku di Bali dan luar Bali.

Pada tahun 2009, penghargaan “Widya Pataka” diberikan kepada penulis / pengarang Bali sebagai berikut : I GDE DHARNA ( Dasa Tali Dogen), IDA BAGUS MADE DAHRMA PALGUNA, PH.D. (Shintany Rabbhana), DRS. IDA BAGUS GEDE PARWITA (Wayang), ARIF BAGUS PRASETYO (Memento), WAYAN GUNASTA (Bali Ho Ho Ho), I GDE WAYAN SOKEN BANDANA, SS. M.SI. (Ritual Tolak Bala di Bali), PROF. DR. NYOMAN SADRA DHARMAWAN, MS. (Anjing Bali dan Rabies), I GUSTI PUTU ARTHA, SP.M.SI. (Konspirasi Media dan Kandidat dalam Pilkada Bali), DR. IR. MADE ANTARA, MS. (Pertanian, Bangkit atau Bangkrut), dan PROF. DR. I MADE SUKARSA, SE.MS. (Biaya Upacara Orang Bali). Kepada masing-masing pemenang diberikan hadiah berupa biaya cetak buku masing-masing sebesar Rp 7.500.000,- dan plakat ”Widya Pataka”.

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dalam laporannya berharap, Widya Pataka diberikan setiap tahun sehingga setiap pengarang / penulis memperoleh kesempatan yang sama. Penghargaan ini dapat merangsang para penulis untuk terus berkreativitas menulis dan secara tidak langsung akan menumbuhkan iklim yang sehat terhadap pertumbuhan penerbitan buku di Bali. Kelak, penghargaan akan diperluas untuk ‘karya cetak dan karya rekam (KCKR)’. Untuk kategori terakhir tentu saja termasuk kaset, video, film documenter, dan sejenis.

Adapun keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah adanya dialog dan hubungan kerja antara penulis dan penerbit, merangsang pertumbuhan penerbit, merangsang para pengarang / penulis untuk lebih giat dan tekun menulis mengenai Bali, memberikan pemahaman mendalam mengenai bagaimana sesungguhnya karakter manusia Bali di tengah arus modernisasi dan globalisasi dewasa ini serta meningkatnya pemahaman para penerbit karya cetak dan karya rekam pada hakikat UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.

Gubernur Bali pada kesempatan itu menyampaikan rasa syukur, bahwa Bali memiliki banyak pengarang / penulis berbakat dan juga penerbit yang sangat mencintai Bali. Kecintaan mereka yang tulus, tanpa memikirkan keuntungan semata, tapi lebih kepada pengabdian dan kebanggaan pribadi telah memberikan spirit untuk terus berkarya dan mencipta sehingga masih tetap mampu melahirkan karya-karya luar biasa yang sangat berguna di masyarakat dan terus diburu oleh masyarakat pembacanya. Tidak sedikit kita jumpai, pengarang Bali bersusah payah memodali, mencetak, menjilid bahkan sampai memasarkan sendiri karya-karyanya. Intelektualitas, komitmen dan totalitas pengarang / penulis Bali tersebut patut diacungi jempol.

Gubernur Bali menyambut baik ide dan gagasan pelaksanaan kegiatan yang terintegrasi ini dengan harapan akan menumbuhkan sinergi untuk memajukan dunia penerbitan buku di Bali dan sekaligus sebagai upaya pelestarian hasil budaya bangsa yang tercetak dan terekam. Melalui kegiatan yang mempertemukan para pengarang / penulis dengan penerbit dan instansi terkait lainnya diharapkan akan ditemukan jalan keluar yang saling menguntungkan dalam proses penulisan dan penerbitan buku serta mempercepat pertumbuhan karya cetak dan karya rekam lainnya di Bali.

Menurut Gubernur Bali, Pemerintah sangat berkepentingan dengan tumbuhkembangnya dunia penerbitan karya cetak dan karya rekam untuk memperkaya koleksi perpustakaan dan memperlancar proses pemberian dan penelusuran informasi seluas-luasnya mengenai Bali yang dilakukan oleh masyarakat pemakai jasa perpustakaan. Meningkatnya minat baca masyarakat Bali dan kebutuhannya pada informasi yang terkandung dalam karya cetak dan karya rekam belum secara optimal dapat kita imbangi dengan pertumbuhan koleksi karya cetak dan karya rekam. Upaya-upaya pembelian buku, majalah, media cetak dan karya rekam lainnya yang telah dilakukan selama ini mungkin belum dapat secara optimal memenuhi standar kepuasan para pemakai jasa perpustakaan. Kedepannya Pemerintah Provinsi Bali terus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat pada informasi yang terkandung dalam karya cetak dan karya rekam, khususnya terbitan Bali. Sesuai dengan amanat UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, kami senantiasa akan mengupayakan mewujudkan koleksi karya cetak dan karya rekam yang lengkap dan utuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai Bali serta sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya Bali yang luhur.

Reporter :
Ketut Sumerta, SE.

Minggu, 18 Oktober 2009

BUKU TERBITAN BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI BALI MASUK NOMINASI PERAIH KATHULISTIWA LITERARY AWARD



Dua buah buku kumpulan puisi yang penerbitannya dibiayai melalui Program Widya Pataka Tahun 2008 pada Badan Perpustakaan dan arsip Provinsi Bali masuk nominasi 10 besar peraih penghargaan tingkat nasional Khatulistiwa Literary Award Tahun 2009. Kedua buku kumpulan puisi tersebut adalah ”Dongeng Anjing Api” karya Sindu Putra dan ”Pastoral Kupu-Kupu” karya Made Suantha. Kedua buku tersebut berpeluang mendapatkan penghargaan dan uang tunai seratus juta rupiah. Pemberian penghargaan direncanakan pelaksanaannya pada pertengahan Nopember 2009.

Khatulistiwa Literary Award (KLA) diselenggarakan untuk mendukung perkembangan sastra di Indonesia. Penghargaan ini diberikan kepada penulis yang karyanya dipilih oleh dewan juri sebagai karya terbaik dalam kurun waktu 12 bulan sebelum masa penjurian. KLA pertama diadakan tahun 2001 dan saat ini sudah memasuki pelaksanaan tahun ke 9.

Setiap tahun sekitar bulan November, Anugerah Sastra Khatulistiwa mengumumkan pemenang-pemenang penulis kreatif dalam tiga kategori : fiksi, puisi dan karya fiksi terbaik penulis di bawah umur 30. Kriteria keikutsertaan panel penyeleksi akan mengumpulkan karya-karya sastra yang diterbitkan dari bulan Juni tahun lalu hingga awal bulan Juli 2009. Karya-karya sastra yang akan dipilih adalah karya-karya yang tidak pernah diterbitkan sebelumnya, atau, untuk kumpulan cerpen dan puisi, tidak pernah diterbitkan dalam satu kumpulan yang sama dalam bentuk buku sebelumnya.

Karena Anugerah Sastra Khatulistiwa bukan lomba sastra melalui penyertaan, maka pihak penyeleksi yang dipilih oleh panitia penyelenggara yang akan menyeleksi karya-karya yang akan dinilai untuk Sepuluh Besar, Lima Besar dan kemudian Pemenang. Untuk membantu panel penyeleksi merangkum sebanyak karya mungkin untuk dinilai, panitia penyelenggara mengundang para penerbit, penulis dan distributor buku untuk mengirimkan buku-buku, paling sedikit 5 eksemplar, kepada panitia penyelenggara.
Anugerah Sastra Khatulistiwa yang didukung oleh Plaza Senayan, MontBlanc, Honda, Secure Parking dan berbagai mitra lainnya ini setiap tahunnya memberikan hadiah uang senilai seratus juta rupiah masing-masing untuk fiksi dan puisi dan 30 juta untuk karya fiksi terbaik di bawah umur 30 tahun. Karya-karya yang memenuhi persyaratan di atas akan dinilai oleh panel-panel penjuri yang terpilih dari berbagai latar kebudayaan, akademisi, dan media.

Satu kategori terbaru berhadiah 3000 Euro akan dipilih dari sepuluh karya terpilih dari KLA kemudian akan dinilai oleh juri Italia, dan bila penulis karya menyetujui hak penerbitan di Italia dan hak untuk penerbitan di negara-negara lain, maka karya yang dipilih akan diberikan Anugerah Sastra Metropoli D’Asia/Khatulistiwa Literary Award 2009. 3000 Euro yang akan diberikan merupakan advance payment (atau pembayaran awal) penerbit Metro D’Asia, salah satu penerbit terbesar Italia, dan royalti tetap akan diberikan setiap periode. Kontrak dan urusan tentang penerbitan dan royalti dan lainnya, akan diurus oleh pemenang Metropoli D’Asia/Khatulistiwa Literary Award dengan penerbit itu.

Adapun judul-judul dan nama-nama penulis yang karyanya terpilih dalam 10 Besar Khatulistiwa Literary Award ke 9 tahun 2009 kategori puisi dalam urutan tidak teratur adalah sebagai berikut (1) Kolam karya Sapardi Djoko Damono, (2) Akar Berpilin karya Gus Tf. Sakai, (3) Dongeng Anjing Api karya Sindu Putra, (4) Partitur, Sketsa, Potret dan Prosa karya Wendoko, (5) Perahu Berlayar Sampai Bintang karya Cecep Syamsul Hari, (6) Pastoral Kupu-Kupu karya Made Suantha, (7) Telimpuh karya Hasan Apsahani, (8) Pemetik Bintang karya Soni Farid Maulana, (9) Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi, dan (10) Puan Kecubung karya Jimmy Maruli Alfian.

Reporter
Ketut Sumerta, SE.

Kamis, 01 Oktober 2009

RUU KEARSIPAN DISAHKAN MENJADI UNDANG-UNDANG

PROGRESIF DAN REVOLUSIONER


Ketua Panitia Kerja (Panja) RUU Kearsipan Sayuti Asyatri menilai banyak hal-hal yang bersifat progresif dan revolusioner yang dituangkan dalam undang-undang baru pengganti UU No 7/1971 mengenai Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan. Paling tidak, jika UU 7/1971 hanya memuat 13 pasal, maka RUU ini mencapai 90 pasal. Itu berarti terjadi kenaikan hampir 900 persen. “Jadi RUU ini memberi kewenangan yang lebih luas mengenai masalah kearsipan,” kata politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu sebagaimana dikutip dari portalnya ANRI.

Menurut Sayuti, perubahan mendasar terjadi pada sistem jaringan kearsipan nasional. Kemudian juga ada perintah yang tegas dalam RUU ini, yakni penguatan peran serta masyarakat dan tekanan mengenai bagaimana mengembalikan arsip-arsip di tempat lain ke arsip nasional. Selain itu, pengertian arsip juga diperluas, sebagai sambungan dari memori kolektif bangsa. “Pengertiannya bukan hanya arsip sebagai dokumen, melainkan juga dalam bentuk barang warisan budaya seperti meja, batu dan lain sebagainya. Nanti akan ada pengaturan lagi. Sebab kalau warisan budaya itu terbuka untuk umum sedangkan arsip itu harus ada yang dirahasiakan. Tapi paling tidak siapa yang memerlukan bisa mengaksesnya,” katanya lagi.

Dalam RUU ini, masih menurut Sayuti, juga ditekankan aspek pelayanan kepada masyarakat, yakni dibuat semacam standar pelayanan yang akan dilaksanakan oleh para pejabat pelaksana di bidang kearsipan. Mereka harus memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh arsip. “Ini kita sinkronkan dengan UU mengenai Kebebasan Memperoleh Informasi,” ujarnya.

Yang menarik, komunitas kearsipan juga bakal mempunyai istilah baru, yakni Daftar Pencarian Arsip atau DPA. Istilah ini digunakan untuk “memburu” arsip-arsip yang dinyatakan atau diumumkan sebagai harus berada di lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Ini tertuang dalam RUU Kearsipan yang akan menjadi pengganti UU No 7/1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan.

“Jadi kalau polisi punya DPO, kami juga punya DPA. Intinya sama, yakni sama-sama merupakan daftar pencarian atau arsip yang harus diserahkan kepada arsip nasional. Jika tidak, maka pemegang arsip itu akan dikenai sanksi pidana,” kata Kepala ANRI Djoko Utomo di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Djoko menjelaskan, DPA ini merupakan satu bentuk kesungguhan lembaga kearsipan dalam mengumpulkan arsip-arsip yang bernilai sejarah bagi bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, ANRI akan mengumumkan (declair) berbagai arsip yang dirasa perlu untuk segera dikembalikan ke ANRI.

“Misalnya arsip Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1965). Setelah lembaga kearsipan declair DPA karena kita mengetahui ada orang yang menyembunyikan arsip itu, maka jika dia tetap tidak mengembalikan arsip dimaksud akan dipidana” ujar Djoko mengingatkan.

Selain itu, Djoko juga berpendapat bahwa ANRI tidak hanya fokus pada sanksi melainkan juga penghargaan. “Artinya, bagi mereka yang seharusnya mengembalikan arsip tetapi tidak dilakukan maka akan dikenai sanksi (punishment), sedangkan mereka yang dengan kesadaran sendiri menyerahkan arsip kepada ANRI akan diberi penghargaan (reward),” katanya lagi.

Dengan begitu, Djoko sekaligus ingin terus mendorong kampanye sadar arsip di tengah masyarakat. Jika masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap arsip, dia yakin bangsa ini akan memiliki koleksi arsip yang lengkap. “Sebab arsip itu merupakan simpul pemersatu bangsa,” ujarnya.

Yang tak kalah menarik dari UU baru kearsipan ini adalah mengenai pelayanan publik. UU baru ini secara eksplisit memerintahkan ANRI dan lembaga kearsipan lainnya untuk menjalankan fungsi pelayanan publik. Pelayanan publik yang dimaksud adalah mengemban jasa konsultasi. Artinya, apabila ada perusahaan yang kehilangan arsip penting dan memerlukan arsip tersebut, maka perusahaan itu bisa meminta ANRI untuk mengumumkan bahwa arsip tadi masuk DPA. Dengan jasa ANRI, arsip itu bisa diumumkan secara bersamaan, sebab ANRI mengumumkannya secara berkala.

Menanggapi hal ini, Djoko Utomo langsung menyatakan pihaknya siap menjalankan UU ini dengan sebaik-baiknya. “Artinya, kalau lembaga kearsipan yang tidak melayani (masyarakat) dengan baik, juga bisa dikenakan hukuman. Misalnya ANRI tidak bisa memberikan layanan dengan baik, itu juga bisa kena, Jadi adil,” katanya. Oleh sebab itu, dia menyatakan telah memerintahkan jajarannya untuk memberikan pelayanan yang baik. “Saya sudah bilang kepada anak buah saya, kalau ada orang datang meminta informasi arsip dan karena kesalahan kita tidak bisa memberikan, maka saya akan mengenakan sanksi. Ini memang sifatnya internal (ANRI),” demikian Djoko Utomo.

Ketentuan pidana dalam RUU Kearsipan ini diberlakukan bagi setiap orang yang memiliki arsip tanpa hak, menyimpan dan menyebarluaskan informasi arsip tanpa hak, memusnahkan arsip dengan cara melawan hukum, mengekspor arsip ke luar wilayah negara, membocorkan arsip yang masih dalam status rahasia untuk diakses publik, dan memberikan arsip yang masih dalam status rahasia kepada pihak yang tidak berwenang.
Menurut Taufiq, salah satu hal mendasar yang membedakan arsip dengan informasi lain adalah arsip mempunyai nilai kebuktian yang sangat diperlukan bagi setiap kehidupan, mulai dari orang per orangan sampai kehidupan kenegaraan dan pemerintahan. Berdasarkan pertimbangan itu, maka negara berkepentingan mengatur pengelolaan arsip di setiap lembaga negara dan badan pemerintahan.

Secara sosiologis, kebutuhan terhadap penyempurnaan UU No 7/1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pentingnya pengelolaan dalam suatu sistem yang komprehensif dan terpadu kearsipan lembaga-lembaga negara dan pemerintah. Kebutuhan ini, menurut Taufiq, memiliki kaitan yang erat, dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih, serta penegakan kehidupan demokrasi melalui terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Reporter :
Ketut Sumerta, SE.

Senin, 14 September 2009

HARI KUNJUNG PERPUSTAKAAN DAN BULAN GEMAR MEMBACA


Gubernur Bali diwakili Sekretaris Daerah Provinsi Bali, dalam sambutan pada acara puncak Peringatan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Minat Baca Tahun 2009 menyampaikan rasa gembira dengan telah dilaksanakannya kegiatan Lomba Minat Baca Tingkat Provinsi Bali. Gubernur Bali berharap kegiatan yang dilaksanakan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali ini dapat menumbuhkembangkan dan menggairahkan minat baca di kalangan generasi muda, khususnya para pelajar di tingkat TK, SD. SMP dan SMA/SMK. Menurut Gubernur Bali, aktivitas membaca dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan serta dapat membentuk watak dan sikap pribadi seseorang. Apa yang dibaca dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Memang, kondisi minat baca di kalangan pelajar dan masyarakat saat ini belum begitu mengembirakan. Untuk itu dibutuhkan perpustakaan di berbagai tempat strategis.

Dalam rangka Pencanangan Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan itu, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali telah melaksanakan berbagai kegiatan dan lomba minat baca. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain Lomba Mewarnai Tingkat TK (Taman Kanak-Kanak), Lomba Bercerita Tingkat SD se-Bali , Lomba Mengarang Tingkat SD se-Bali, Lomba Masatua Bali Tingkat SMP se-Bali, Lomba Menulis Tentang Perpustakaan Tingkat SMA/SMK se-Bali, Lomba Perpustakaan Sekolah SMP Negeri Terbaik Tingkat Provinsi Bali, dan Lomba Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Provinsi Bali

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali berharap rangkaian kegiatan tersebut akan dapat mendukung program wajib belajar dan membangun masyarakat yang gemar membaca. Kesadaran akan pentingnya membentuk kebiasaan membaca dan menciptakan masyarakat gemar membaca pada gilirannya akan berperan dalam menjunjung upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan secara khusus meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kegiatan ini mempunyai tujuan Membangkitkan minat baca tulis masyarakat dalam upaya mewujudkan terciptanya masyarakat gemar membaca, gemar menulis, dan gemar belajar. Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan menumbuhkan kebiasaan membaca masyarakat sehingga membaca bisa menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam hidupnya.

Untuk itu diperlukan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan agar minat baca masyarakat pada umumnya dan anak-anak didik pada khususnya dapat ditumbuhkembangkan secara mantap. Disadari, di sisi lain tingkat minat baca masyarakat di Indonesia pada umumnya masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Maka untuk mempercepat peningkatan keterampilan dan kebiasaan membaca, disamping melalui buku-buku bacaan dan referensi yang mempunyai peranan yang sangat penting, perlu juga upaya-upaya kegiatan lainnya yang sifatnya merangsang dan memotivasi masyarakat untuk membaca.

Kegiatan yang mengambil tema “Membangun Masyarakat Melalui Budaya Baca dan Perpustakaan” ini telah dilaksanakan sejak bulan lalu. Puncak kegiatannya diisi dengan penyerahan hadiah kepada pemenang lomba dan penyerahan secara simbolis bantuan Mobil Perpustakaan Keliling kepada Pemerintah Kabupaten Tabanan oleh Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional RI. Kegiatan puncak tersebut dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan tanggal 14 September 2009 bertempat di halaman depan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali.

Gubernur Bali berharap agar pengembangan Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah dan jenis-jenis perpustakaan lainnya bisa dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Perpustakaan harus difungsikan sebagai tempat pendidikan, tempat informasi dan sebagai tempat hiburan.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Bali atas nama Pemerintah Provinsi Bali menyampaikan rasa terima kasih kepada Perpusnas RI yang telah banyak memberikan bantuan kepada perpustakaan-perpustakaan di Provinsi Bali baik berupa sarana prasarana maupun bantuan peningkatan sumber daya manusia. Sampai saat ini, Provinsi Bali telah menerima bantuan 7 unit Mobil Perpustakaan Keliling antara lain untuk Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan untuk Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Untuk tahun mendatang diharapkan Bali akan mendapatkan bantuan mobil Perpustakaan Keliling dari Perpusnas RI sebanyak 3 buah mobil untuk Kabupaten Jembrana, Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar. Dengan bantuan mobil Perpustakaan Keliling tersebut masyarakat Bali yang ada di pelosok-pelosok desa terpencil bisa menikmati layanan informasii berupa buku-buku dan bahan bacaan lainnya.

Rabu, 09 September 2009

BINTEK MINAT BACA PERPUSTAKAAN SMP SE BALI


Badan Perpustakaan dan Arsip (Bapusip) Provinsi Bali telah melaksanakan Bimbingan Teknis Minat Baca. Bintek diikuti 30 orang pengelola Perpustakaan SMP Negeri Kabupaten / Kota se Bali. Bintek dilaksanakan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Bali Jl. Raya Sesetan No. 248 Denpasar dari tanggal 7 s.d. 9 September 2009.

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali berharap bintek ini dapat meningkatkan kualitas pengelolaan perpustakaan SMP di Bali. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan pengelola perpustakaan sekolah diyakini akan dapat merangsang peningkatan minat baca siswanya. Peningkatan minat baca ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan seperti memasyarakatkan perpustakaan bagi siswa, pengembangan minat baca, teknik bercerita pengelola perpustakaan, penyuluhan minat baca, membuat kliping, resensi, dll.

Kita semua menyadari, bahwa peningkatan minat baca sangat menentukan kualitas hidup bangsa ke depannya. Oleh karenanya perpustakaan sekolah diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam meningkatkan minat baca siswanya. Untuk mencapai tujuan itu, perpustakaan sekolah sudah seharusnya mendapatkan prioritas dan perhatian serius dari pihak sekolah. Perpustakaan sekolah harus mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa dalam menelusuri informasi dan mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali berharap, bekal yang didapatkan peserta dalam bintek ini dapat dipergunakan di perpustakaan sekolah masing-masing untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Dengan peningkatan kualitas pelayanan ini, niscaya siswa akan merasa betah dan pada akhirnya terbiasa memanfaatkan jasa perpustakaan di waktu senggangnya di sekolah.

Materi yang diberikan dalam bintek antara lain meliputi teknik memacu minat membaca siswa, pemasyarakatan perpustakaan, pengembangan minat baca, teknik penyuluhan minat baca dan teknik bercerita. Materi diberikan oleh pejabat fungsional Pustakawan di lingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali.
(Ketut Sumerta, SE.)

Senin, 24 Agustus 2009

BINTEK ARSIP SEKRETARIS DESA/KELURAHAN SE BALI



Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali (Bapusip) bekerjasama dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyelenggarakan bimbingan teknis kearsipan. Bintek dilaksanakan di Hotel Dwi Karya Denpasar selama 3 hari dari tanggal 23 - 26 Agustus 2009 dan diikuti 50 orang peserta terdiri dari para Sekretaris Desa / kelurahan se Bali.

Pelaksanaan bintek ini dilandasi semangat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 yang menempatkan Desa / Kelurahan sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah. Aturan perundangan ini memberikan peluang pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mengingat peran Desa / Kelurahan dalam kerangka pembangunan nasional sangat strategis maka perangkat Desa / Kelurahan, khususnya Sekretaris Desa, perlu dibekali pemahaman dibidang kearsipan yang memadai agar pelayanan masyarakat berjalan secara optimal.

Menurut Kepala Bapusip, pengelolaan arsip merupakan salah satu sarana untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Mutu pengelolaannya dan profesionalitas sumber daya manusia pengelolanya sangat perlu ditingkatkan sehingga dapat memberikan pelayanan kepada lapisan masyarakat secara efektif dan efisien. Tujuan Kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta menyediakan bahan pertanggung jawaban bagi Pemerintah.

Dengan mencermati tujuan kearsipan tersebut diatas, niscaya proses Manajemen akan menjadi semakin efektif dan efisien, dan semakin jauh jangkauan manfaat yang harus dipetimbangkan dalam pengambilan suatu keputusan. Manajemen yang tidak menggunakan arsip adalah manajemen asal jalan (easy going) tanpa mengindahkan dasar hukum, tanpa prinsip efektif dan efisien. Peranan Arsip dalam proses manajemen sangat besar dan menentukan keberhasilan dari pada manajemen itu sendiri. Pengambilan keputusan oleh pimpinan dengan cepat, tepat, praktis dan realistis merupakan kebutuhan mutlak. Hal ini tidak mungkin terwujud tanpa didukung oleh Arsip.

Pengelolaan Arsip yang baik tidaklah semudah mengucapkan karena mengelola arsip memerlukan dana, sarana dan prasarana yang memadai serta memerlukan sumber daya manusia yang handal. Pengelola arsip harus memenuhi beberapa kriteria yaitu ketrampilan, ketelitian, kerapian dan kecerdasan. Memiliki keterampilan berarti petugas kearsipan harus cekatan dalam menempatkan dan memilah Arsip sehingga penemuan kembali Arsip akan cepat dan tepat. Mempunyai ketelitian, petugas arsip harus mempunyai kecermatan yang tinggi sehingga tidak salah menyajikan informasi dari sumber arsipnya. Kerapian, petugas arsip harus rapi setiap saat, sehingga dalam memberikan pelayanan akan cepat, tepat dan lancar. Kecerdasan, seorang yang cerdas dapat menganalisa masalah-masalah yang dihadapi secara cepat dan mempunyai daya pikir yang tajam.

Tenaga Pengajar / Instruktur Bintek Kearsipan bagi Sekretaris Desa / Kelurahan se Kabupaten / Kota di Bali Tahun 2009 adalah Pejabat Struktural dan Fungsional Arsiparis ANRI dan Pejabat Sruktural dan Fungsional di lingkungan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Pada akhir pelaksanaan bintek akan dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil / proses pembelajaran peserta.

Senin, 17 Agustus 2009

PERPUSTAKAAN GELAR LOMBA MINAT BACA


Dalam rangka menyambut Bulan Baca dan Hari Kunjung Perpustakaan Tahun 2009, Badan Perpustakaan dan Arsip (Bapusip) Provinsi Bali akan melaksanakan lomba minat baca. Lomba yang mengambil tema “Membangun Masyarakat melalui Budaya Baca dan Perpustakaan” akan diikuti siswa/i dari berbagai jenjang pendidikan TK, SD, SMP dan SMA / SMK se Bali.

Lomba ini bertujuan untuk menumbuh-kembangkan minat baca dikalangan generasi muda dan membiasakan anak–anak untuk berkunjung ke perpustakaan. ”Dengan semakin sering anak–anak ke perpustakaan maka akan semakin bertambah wawasan anak–anak tersebut sehingga peluangnya untuk menjuarai lomba juga akan semakin besar” ujar Kabid LPP Bapusip Bali.

Dalam tahun 2009 ini lomba minat baca yang diadakan oleh Bapusip Provinsi Bali meliputi lomba mewarnai gambar, lomba mengarang, lomba bercerita dan lomba menulis tentang perpustakaan. Lomba mewarnai diperuntukkan bagi siswa TK, lomba mengarang diikuti siswa Sekolah Dasar, lomba bercerita akan diikuti oleh anak-anak tingkat SMP dan lomba penulisan mengenai perpustakaan diperuntukkan anak-anak SMA / SMK.

Kriteria lomba mewarnai tingkat TK antara lain meliputi kreativitas anak (cara mewarnai), kebersihan / kerapian dan tuntas (semua bidang gambar diberi warna). Sedangkan lomba mengarang tingkat SD dinilai berdasarkan atas bahasa, ide / isi serta kerapian / kebersihan.

Penilaian lomba bercerita / mesatua Bali meliputi penampilan, cara / teknik bercerita, penguasaan materi dan kemampuan / skill peserta. Cerita Bali yang akan dipakai bahan lomba mesatua antara lain Ni Bawang Teken Ni Kesuna, Kedis Cangak Mati Baan Lobane, Ni Diah Tantri, dll. Sedangkan untuk lomba menulis tentang perpustakaan menerapkan ketentuan antara lain naskah merupakan hasil karya sendiri, orisinil (bukan saduran / terjemahan), ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta belum pernah dipublikasikan.

Juara I, II dan III serta Harapan I, II dan III akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, piala dan piagam penghargaan. Penyerahan hadiah direncanakan dilaksanakan pada tanggal 14 September 2009 bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan. Peserta yang berminat bisa menghubungi Panitia Pelaksana Lomba di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali d/a Jalan Teuku Umar Nomor 55 Denpasar Telp. 0361- 229517, 234386 Fax. : 0361 229517.
(Reporter : Ketut Sumerta)

LOMBA PENGELOLAAN ARSIP 2009


Dalam upaya meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan arsip, Badan Perpustakaan dan Arsip (Bapusip) Provinsi Bali menyelenggarakan lomba pengelolaan arsip antar instansi pemerintah se Bali. Pelaksanaan lomba ini dikaitkan dengan peringatan HUT Pemerintah Provinsi Bali yang ke-51 dan HUT RI ke 61 Tahun 2009.

Lomba ini dilaksanakan sesuai amanat UU Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan Pokok Kearsipan. UU tersebut mengamanatkan tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta menyediakan bahan pertanggungjawaban bagi pemerintah. Tujuan tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya arsip bagi terselenggaranya pemerintahan yang baik.

”Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita semua bagaimana mengelola arsip dengan baik. Ketika dibutuhkan dapat diketemukan kembali dengan cepat, tepat dan benar”, ujar Kepala Bapusip Provinsi Bali pada penilaian Lomba Pengelolaan Arsip Tahun 2009.

Menurut Kepala Bapusip Prov. Bali, arsip mempunyai arti penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Arti peran arsip sering dikemukakan dengan statemen bahwa tanpa arsip suatu bangsa akan terperangkap dalam kekinian yang penuh dengan ketidakpastian. Dunia tanpa arsip adalah dunia tanpa memori, tanpa kepastian hukum, tanpa sejarah dan tanpa kebudayaan serta tanpa ilmu pengetahuan.

Arsip merupakan tulang punggung untuk terciptanya Good Governance. Kaitan arsip dengan Good Governance sangat mendasar karena pemerintahan yang baik berangkat berdasarkan bukti – bukti. Pemerintahan yang baik akan menghasilkan bukti / berangkat dari informasi dan inspirasi arsip. Begitu juga sebaliknya, arsip sebagai sumber informasi dapat dijadikan inspirasi dalam mengelola pemerintahan. Arsip mengandung informasi dari peristiwa yang terjadi di masa lalu yang mempunyai keterkaitan dengan kondisi masa sekarang. Informasi yang terkandung dalam arsip dapat digunakan untuk memberikan penjelasan, alat keterangan bahkan sumber legalitas dan pemecahan masalah pada masa sekarang.

Mengingat betapa pentingnya nilai suatu arsip, Bapusip Prov. Bali berharap arsip harus dikelola dengan baik dan benar sesuai kaidah perundang – undangan yang berlaku. Pengelolaan arsip yang baik tidak semudah mengucapkan melainkan membutuhkan kedisiplinan, kemauan, keterampilan dan keahlian, sarana dan prasarana yang tidak sedikit dan sumber daya manusia serta keuangan yang memadai.

Adapun unsur – unsur yang dinilai dalam lomba ini meliputi SDM kearsipan, sarana dan prasarana kearsipan, penerapan sistem kearsipan kartu kendali, penataan arsip di tata usaha dan unit pengolah, pemberkasan arsip aktif, pemberkasan arsip in aktif, penyusutan arsip dan temu balik arsip. Lomba juga dimaksudkan sebagai media untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengelolaan arsip. Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Lomba Kearsipan ditetapkan pemenangnya sebagai berikut : Juara I : Dinas Pendidikan Prov. Bali (Nilai 95), Jura II : Dinas Pariwisata Prov. Bali (Nilai 94), Juara III : Bappeda Kabupaten Badung (Nilai 93), Juara Harapan I : Inspektorat Wilayah Prov. Bali (Nilai 92), dan Juara Harapan II : Bappeda Kabupaten Buleleng (Nilai 90).
(Reporter : Ketut Sumerta)

Selasa, 11 Agustus 2009

BALI RAIH JUARA FAVORIT LOMBA MINAT BACA TINGKAT NASIONAL

Wakil Bali, Agus Made Wirahadi Kusuma raih Juara Favorit Lomba Minat Baca Tingkat Nasional Tahun 2009. Siswa SD Negeri 6 Kapal Badung ini sebelumnya meraih Juara I Lomba Bercerita Tingkat Provinsi Bali yang dilaksanakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip (Bapusip) Provinsi Bali belum lama ini. Agus Made berhak menerima hadiah uang tunai, tropy dan piagam yang diserahkan langsung oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI di Jakarta.

Lomba Minat Baca bagi Siswa SD Tingkat Nasional Tahun 2009 ini diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI dari tanggal 4 s.d 7 Agustus 2009 bertempat The Batavia Hotel Jakarta. Lomba dimaksudkan untuk menumbuhkan minat dan kegemaran membaca melalui berbagai bacaan dan media. Lomba yang mengambil tema ”Menumbuhkan Minat Baca dan Kecintaan terhadap Budaya Lokal serta Nasionalisme” ini bertujuan untuk menanamkan cinta akan kebudayaan bangsa, persatuan dan kesatuan serta nasionalisme.

Kepala Bidang Layanan Perpustakaan dan Pelestarian Bapusip Prov. Bali, Dra. Nyoman Andari, dalam laporannya menyebutkan lomba ini berupaya menarik anak-anak, khususnya siswa SD untuk mulai membaca buku-buku cerita budaya daerah, sejarah dan pahlawan serta menumbuhkan kecintaan akan budaya nasional. Pada usia dini inilah saat yang paling tepat untuk menanamkan budaya baca kepada anak-anak didik.

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali telah mengupayakan berbagai terobosan terkait dengan upaya peningkatan minat dan budaya baca masyarakat. Beberapa diantaranya berupa kegiatan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS), Perpustakaan Keliling, Lomba Bercerita, Penulisan esei, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mendekatkan perpustakaan / informasi ke masyarakat. Perpustakaan sebagai pusat / sumber informasi bagi kepentingan pendidikan, penerangan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi harus mengembangkan kebijakan dalam penyelenggaraan perpustakaan di semua jenis dan tingkat sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Melalui kegiatan LTPS diharapkan dapat mewujudkan pemerataan pelayanan perpustakaan kepada sekolah-sekolah yang menjadi peserta layanan, terpenuhinya kebutuhan informasi / bahan pustaka bagi siswa dan guru di sekolah serta meningkatkan minat dan kebiasaan membaca para siswa dan guru. Kegiatan LTPS tahun 2009 melayani SD dan SMP yang tersebar di 9 Kabupaten / Kota se Bali.

Sedangkan untuk masyarakat pedesaan, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali juga mengembangkan program pelayanan perpustakaan keliling. Program ini diselenggarakan guna memberikan pelayanan informasi yang tepat dan merata kepada seluruh golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Pembangunan bangsa merupakan usaha-usaha mencerdaskan rakyat, tidak hanya ditujukan kepada masyarakat yang ada di kota-kota besar saja, tetapi juga masyarakat yang tinggal di desa-desa dan daerah-daerah terpencil.

Perpustakaan keliling bertujuan memeratakan layanan informasi dan bacaan kepada masyarakat sampai ke daerah terpencil dan yang belum / tidak memungkinkan didirikan perpustakaan menetap. Layanan ini juga bertujuan membantu perpustakaan umum dalam mengembangkan pendidikan informal kepada masyarakat, memperkenalkan buku-buku dan bahan pustaka lainnya kepada masyarakat, memperkenalkan jasa perpustakaan kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan budaya untuk memanfaatkan jasa perpustakaan, meningkatkan minat baca dan mengembangkan cinta buku, dan terjalinnya kerja sama dengan lembaga sosial masyarakat, pendidikan dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan intelektual dan cultural masyarakat.

Untuk saat ini, jumlah koleksi yang dilayanankan melalui perpustakaan keliling berupa buku-buku Non Fiksi (200 Judul / 700 Eksemplar), Fiksi ( 70 Judul / 235 Eksemplar), dan Referensi (2 Judul / 8 Eksemplar). Sampai saat ini operasional perpustakaan keliling baru dapat melayani 20 desa di kabupaten / Kota se Bali. Sistem layanan yang digunakan adalah sistem layanan terbuka (layanan baca ditempat).

Kamis, 30 Juli 2009

HOTSPOT GRATIS DI PERPUSTAKAAN

Upaya Memanjakan Pengunjung


Mulai Senin (3/8) pengunjung Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali (Bapusip) di Jl. Teuku Umar No. 55 Denpasar disuguhi layanan baru berupa hotspot gratis. Dengan hanya menunjukkan kartu tanda anggota perpustakaan yang masih aktif, pengunjung Bapusip dapat menikmati internet secara gratis di ruang baca. Masyarakat bisa membawa laptop sendiri dan mengakses internet secara bebas di ruang baca. Bapusip juga menyediakan komputer yang bisa dipakai secara bergantian oleh seluruh anggota dan pengunjung.


Hotspot atau tempat yang menyediakan layanan akses internet dengan menggunakan wireless memang sudah sangat banyak. Hal ini disebabkan banyaknya perangkat yang telah dilengkapi dengan teknologi wireless, sehingga tren penggunaannya pun semakin tinggi. Mulai dari cafe, restoran, rumah makan, hotel sampai warung kopi pada umumnya menyediakan layanan internet tanpa kabel ini. Umumnya fasilitas hotspot tersebut disediakan terkait dengan kepentingan usaha mereka, seperti persentase atas pembelian makanan, voucher belanja, dll.. Sedangkan Bapusip betul-betul memberikan pelayanan hotspot gratis kepada anggotanya.


"Ini yang perlu disiasati karena antrean pemakaian komputer / internet akan sangat panjang. Kami sangat berharap pengunjung akan mau berbagi dan mempergunakan fasilitas komputer yang tersedia secara bergantian. Akan lebih baik lagi apabila pengunjung membawa sendiri laptop" terang Kepala Bapusip Provinsi Bali.


Dalam waktu dekat Bapusip juga akan meluncurkan webbsite sendiri. Saat ini pengerjaannya sudah hampir selesai. Selain menampilkan profile dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya, webbsite tersebut akan menampilkan seluruh koleksi yang dimiliki Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Melalui webbsitenya, masyarakat akan bisa mengakses katalog koleksi Bapusip Provinsi Bali . “kami sedang melaksanakan proses migrasi database katalog ke webbsite. Kedepannya masyarakat cukup dari rumah atau dari warnet saja sudah bisa menelusuri koleksi yang tersedia di Bapusip Bali” imbuh Kepala Bapusip Prov. Bali.

Program ini dilaksanakan untuk dapat mewujudkan layanan Bapusip yang berbasiskan teknologi informasi sehingga kedepannya perpustakaan dan arsip benar-benar bisa berfungsi sebagai tempat belajar, pelestarian, penelitian dan sekaligus rekreasi. Bapusip berharap, program ini akan dapat dinikmati oleh masyarakat seluas-luasnya, sehingga masyarakat akan semakin melek teknologi informasi dan mendapatkan pelayanan prima.


”Saat ini sudah jamak kita lihat, masyarakat, khususnya kalangan muda seperti mahasiswa kemana-mana membawa laptop. Untuk itu perlu disediakan fasilitas sehingga laptopnya bisa dipergunakan untuk penelusuran informasi dan hal lain yang berkaitan dengan tugas pendidikannya atau sekedar untuk pengayaan proses pendidikannya” Terang Kepala Bapusip Prov. Bali sambil berharap fasilitas ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Bali.

Senin, 27 Juli 2009

LOMBA BERCERITA SEKOLAH DASAR

Menumbuhkan Budaya Gemar Membaca

Dalam rangka mengembangkan kebiasaan membaca di tingkat Sekolah Dasar dan melestarikan budaya daerah (lokal) serta menumbuhkan semangat nasionalisme pada anak, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali telah melaksanakan Lomba Bercerita Tingkat Sekolah Dasar se-Bali Tahun 2009. Lomba tersebut dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI.

Lomba bercerita yang mengambil tema “Menumbuhkan Minat Baca dan Kecintaan Terhadap Budaya Lokal serta Nasionalisme“ ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2009 bertempat di Hotel Puri Nusa Indah Group Denpasar. Pesertanya adalah siswa-siswi kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri maupun Swasta se-Bali.

Menurut Kepala Bidang LPP Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Dra. Nyoman Andari, kebiasaan membaca harus mulai ditanamkan sejak dini usia dengan melibatkan keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Kebiasaan ini lebih mudah ditanamkan pada anak sedini mungkin dan sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah. Lebih jauh Andari mengungkapkan, anak yang mempunyai kebiasaan membaca dapat ditumbuhkan di sekolah dengan mengoptimalkan potensi yang ada di perpustakaan sekolah. Agar dapat dicapai hasil yang optimal upaya meningkatkan minat baca di lingkungan siswa harus dipupuk dan digiatkan secara serentak dan terpadu.

”Tradisi lisan merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Cerita lisan seperti legenda, mitos dan epos, sebagian sudah diabadikan dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut sudah banyak yang menjadi koleksi perpustakaan. Cerita-cerita semacam itu dapat membangkitkan cinta anak terhadap budaya lokal. Selain itu, anak-anak perlu juga ditingkatkan rasa kebangsaannya melalui cerita sejarah dan pahlawan” tegas Andari.

Lomba ini mempunyai tujuan untuk menumbuhkembangkan kegemaran membaca melalui berbagai bacaan dan media untuk menanamkan cinta kebudayaan bangsa, persatuan dan kesatuan serta nasionalisme. Lomba ini ini juga dimaksudkan menarik minat baca anak tentang buku-buku cerita budaya daerah (lokal), sejarah dan pahlawan serta sebagai upaya menumbuhkan kecintaan akan budaya nasional.

Adapun cerita yang dibawakan oleh peserta antara lain : I Bawang Teken I Kesuna, Lubdaka, Bima Dados Caru dan Cangak Mati Baan Lobanne. Juri terdiri dari para praktisi dan akademisi diantaranya IB. Anom Ranuara, IB. Alit Putra, Ketut Sukartha, IGAA. Mas Triadnyani dan IB. Gana Murti.

Keluar sebagai pemenang dalam lomba ini masing-masing Juara I : Agus Made Wira Hadi Kusuma (SDN 6 Kapal Badung), Juara II : Nengah Sri Wahyu Dewi (SDN 1 Gunaksa Klungkung), Juara III : Putu Dea Gayatri Ningtara (SD Saraswati 4 Denpasar), Juara Harapan I : Luh Putu Putri Sanjiwani (SDN 1 Tembuku Bangli), dan Juara Harapan II : Ni Nyoman Tri Puspita Dewi (SDN 6 Darmasaba Badung). Kepada masing-masing juara diberikan hadiah berupa piagam penghargaan, piala dan uang tunai. Juara I akan diikutsertakan dalam lomba bercerita tingkat SD tingkat nasional di Jakarta pada tanggal 4 s.d 7 Agustus 2009.

FUMIGASI ARSIP

Upaya Penyelamatan Arsip

Arsip pada hakekatnya adalah sebuah endapan informasi. Informasi tersebut terekam dalam berbagai bentuk dan corak yang tercipta dari adanya aktivitas organisasi. Arsip dari tahun ke tahun akan bertambah banyak, sesuai dengan makin bertambahnya volume pekerjaan yang dilaksanakan suatu instansi. Arsip-arsip ini apabila tidak dirawat dengan baik, akan merusak wujud fisiknya. Bahkan dikhawatirkan, banyak arsip vital dan bernilai historis akan rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam PERDA Nomor : 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, maka Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dalam tahun anggaran 2009 telah mencanangkan program kegiatan fumigasi arsip. Kepala Sub Bidang Penataan Arsip pada Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Dra. Ponirah mengatakan, untuk memelihara dan menjaga keamanan arsip perlu dilaksanakan kegiatan fumigasi terhadap seluruh arsip in aktif di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. Dengan fumigasi kerusakan arsip yang disebabkan oleh proses alam, khususnya binatang seperti rayap, ngengat, dll dapat dicegah sedini mungkin.

Menurut Ponirah, sampai dengan Triwulan II Tahun Anggaran 2009 telah dilaksanakan fumigasi dan pemindahan arsip in aktif dari berbagai SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. Dinas Pekerjaan Umum Prov. Bali memiliki arsip in aktif sebanyak 267 berkas / 235 eksemplar, Badan Kesbang, Politik dan Limas Prov. Bali dengan jumlah berkas sebanyak 232 eksemplar. Disusul Dinas Pendidikan Prov. Bali sebanyak 125 bendel, Dinas Pariwisata Prov. Bali sebanyak 282 eksempar. Sedangkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Bali mempunyai arsip in aktif sebanyak 250 m3, Badan Lingkungan Hidup Prov. Bali sebanyak 150 m3, Inspektorat Prov. Bali sebanyak 100 m3 dan Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali sebanyak 30 bendel.

Arsip-arsip milik Badan / Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali yang telah ditarik tersebut akan difumigasi di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Selanjutnya arsip-arsip tersebut akan ditata, dikelola, dirawat dan dilayankan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Selasa, 21 Juli 2009

SOSIALISASI UU PERPUSTAKAAN

Guna menjamin tersedianya layanan perpustakaan bagi masyarakat di seluruh wilayah tanah air telah diterbitkan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. UU ini mempunyai tujuan menumbuhkembangkan budaya gemar membaca dan pembelajaran sepanjang hayat untuk terwujudnya masyarakat yang cerdas dan sejahtera.

Guna menyebarluaskan informasi mengenai UU tentang Perpustakaan tersebut, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali telah menyelenggarakan sosialisasi pada tanggal 7 Juni 2009 bertempat di Hotel Puri Nusa Indah Denpasar. Sekretaris Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Drs. I Gede Mahardiana, M.Si. dalam laporannya menyampaikan, sosialisasi dihadiri 120 peserta terdiri dari Kepala Perpustakaan dan Arsip, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, Kepala Perpustakaan Perguruan Tinggi, Kepala Sekolah SD, SMP, SMA dan Pimpinan Taman Bacaan Masyarakat serta Pejabat Fungsional Pustakawan di Kabupaten / Kota se Bali.

Sekretaris Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, selaku Ketua Panitia menjelaskan sosialisasi menampilkan 5 orang narasumber yaitu : Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI dengan materi “Implementasi Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan”, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dengan materi “Kebijakan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali”, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali dengan materi “Kebijakan Pengembangan Karier PNS melalui Jabatan Fungsional”, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali dengan materi “Kebijakan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Pasca Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007”, dan Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia Provinsi Bali dengan materi “Undang-Undang Perpustakaan Landasan Hukum Pengembangan Pustakawan”.

Lebih jauh Mahardiana menjelaskan, diberlakukannya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa Perpustakaan sangat bermanfaat sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan sekaligus sebagai pedoman dalam pengembangan perpustakaan.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika, diwakili Asisten I dalam sambutan pembukaannya menyampaikan, UU tentang Perpustakaan ini memberikan kewenangan kepada daerah untuk menetapkan kebijakan dalam membina, mengembangkan, mengatur, mengawasi dan mengevaluasi penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan di wilayah masing-masing. Daerah berkewajiban bersama-sama membangun dan meletakkan pilar yang kuat dalam membangun sistem nasional perpustakaan serta mengambil upaya-upaya mewujudkan kondisi masyarakat gemar membaca dan belajar seumur hidup.

“Hal ini tidak akan terwujud apabila tugas tersebut dibebankan hanya kepada pemerintah saja, melainkan harus dilaksanakan secara terpadu dan terintegritas, baik dari unsur pemerintah, swasta dan masyarakat”, tegas Gubernur Bali. Dengan demikian, kedepannya, lembaga perpustakaan dimanapun berada menjadi sangat strategis karena merupakan wahana sumber belajar masyarakat sepanjang hayat yang dilaksanakan tanpa memandang latar belakang individu / masyarakat.

Pada kesempatan tersebut, atas nama Pemerintah Provinsi Bali, Gubernur Bali mengucapkan terima kasih atas bantuan berupa kegiatan, bahan pustaka maupun sarana dan prasarana yang telah diberikan Perpustakaan Nasional RI kepada perpustakaan-perpustakaan di wilayah Provinsi Bali. Bantuan tersebut sangat mendukung program Pemerintah Provinsi Bali dalam mencerdaskan masyarakat Bali. Mangku Pastika berharap, untuk tahun-tahun mendatang bantuan tersebut lebih ditingkatkan lagi karena masih banyak perpustakaan di Bali yang memerlukan bantuan berupa sarana prasarana, koleksi bahan pustaka dan peningkatan sumber daya manusianya.

Gubernur Bali menegaskan, dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 ini perpustakaan harus segera melakukan perubahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Berkaitan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan harus selalu berusaha memberikan informasi mutakhir yang dapat diperoleh secara cepat dan akurat serta sesuai dengan kebutuhan informasi yang diinginkan oleh masyarakat. Pengelola Perpustakaan harus mampu mendayagunakan koleksi bahan pustaka yang dimiliki semaksimal mungkin dan meningkatkan citra layanan perpustakaan untuk bisa mengimbangi keinginan masyarakat memperoleh informasi di perpustakaan.

Pada kesempatan tersebut dilaksanakan pula Pengukuhan Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD IPI) Daerah Bali Tahun 2009-2011. Adapun susunan pengurusnya adalah : Albiner Silaen, SE. (Ketua), Drs. I Wayan Tunjung (Sekretaris), dan Dra. I Nyoman Suwidiadi (Bendahara). Susunan pengurus juga dilengkapi komisi Oganisasi dan Keanggotaan, Komisi Pengembangan Profesi dan Pendidikan, serta Usaha Dana. Pengukuhan dilakukan oleh Ibu Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI mewakili Ketua Umum IPI.
Reportase : Drs. I Wayan Tunjung (Pustakawan)

Rabu, 01 April 2009

PENILAIAN DAN PEMUSNAHAN ARSIP TAHUN 2009

Arsip pada hakekatnya adalah sebuah endapan informasi. Informasi tersebut terekam dalam berbagai bentuk dan corak yang tercipta dari adanya aktivitas organisasi. Arsip dari tahun ke tahun akan bertambah banyak, sehingga kapasitas tempat penyimpanan arsip tidak akan mampu menampungnya. Hal ini seperti ini banyak dialami oleh kantor-kantor pemerintah maupun swasta. Melihat tempat penyimpanan arsip sangat terbatas dibandingkan dengan volume arsip yang cukup banyak, maka perlu dilaksanakan pemusnahan arsip yang tidak mempunyai nilai guna lagi.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diatur dalam PERDA Nomor : 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, maka Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali dalam tahun anggaran 2009 telah mencanangkan program kegiatan Penilaian dan Pemusnahan Arsip. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Penilaian dan Pemusnahan Arsip, Drs. Ida Bagus Sumantra dalam laporan kegiatannya menyebutkan, kegiatan ini tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Nomor : 918 / 23 DPA / 2009 tanggal 12 Januari 2009. Pelaksanaannya didasari oleh beberapa peraturan perundangan yaitu antara lain Undang – Undang Nomor : 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Kearsipan, Peraturan Pemerintah Nomor : 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip, Surat Edaran Kepala ANRI Nomor : 01 / SE / 1981 tentang Penanganan Arsip Inaktif, dan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor : 33 Tahun 1998 tentang Jadwal Retensi Arsip Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Kegiatan penilaian dan pemusnahan arsip ini bertujuan untuk menghemat ruangan dari penyimpanan (tumpukan arsip) serta mengurangi arsip baik dalam bentuk fisik maupun informasinya yang tidak bernilai guna lagi. Sasaran dalam pemusnahan ini adalah beberapa SKPD yang ada di Provinsi Bali yaitu Departemen Pariwisata dan Telekomunikasi (750 box), Departemen Penerangan (500 box), dan Departemen Kesehatan (250 box).

Tahap perencanaan kegiatannya telah mulai dilaksanakan sejak tanggal 28 Januari 2009 yang melibatkan Tim Pemusnah, Pencipta Arsip dan unsur – unsur terkait. Tim juga telah mengundang / memberi kesempatan kepada arsiparis yang ada di SKPD Provinsi Bali untuk ikut serta dalam kegiatan dimaksud. Upaya ini dimaksudkan juga untuk memberi kesempatan kepada Pejabat Fungsional Arsiparis untuk mencari angka kredit. Manurut Sumantra, pelaksanaan kegiatan penilaian arsipnya dimulai dari tanggal 2 Februari 2009 setiap hari kerja (Senin – Kamis) pukul 08.00 s/d 12.00. “Peran serta aktif dari Arsiparis masing – masing SKPD dalam kegiatan tersebut sangat diharapkan. Begitu juga diharapkan adanya dukungan dan ijin atasan langsungnya sehingga puncak kegiatan (pemusnahan) arsip dapat dilaksanakan pada 15 September 2009” imbuh Sumantra meyakinkan.

Senin, 30 Maret 2009

INTERNET DI PERPUSTAKAAN

MEMANJAKAN PENGUNJUNG

Dalam waktu dekat, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali akan meluncurkan webbsite sendiri. Saat ini pengerjaannya sedang dalam proses. Menurut Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Luh Putu Praharsini, SH. selain menampilkan profile dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya, webbsite tersebut akan diupayakan bisa menampilkan seluruh koleksi yang dimiliki Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Melalui webbsitenya, masyarakat akan bisa mengakses katalog koleksi Bapusip Provinsi Bali . “kami saat ini sedang mengupayakan proses migrasi database katalog ke webbsite. Kedepannya masyarakat cukup dari rumah atau dari warnet saja sudah bisa menelusuri koleksi yang tersedia di Bapusip Bali” imbuh Praharsini.

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali juga akan menyediakan acces point internet sehingga masyarakat bisa menikmati internet secara gratis di ruang baca. Masyarakat bisa membawa laptop sendiri dan mengakses internet secara bebas di ruang baca. Bapusip juga akan menyediakan beberapa komputer yang bisa dipakai secara bergantian oleh seluruh anggota dan pengunjung. "Ini yang perlu disiasati karena antrean pemakaian komputer akan sangat panjang. Kami sangat berharap pengunjung akan mau berbagi dan mempergunakan fasilitas komputer yang tersedia secara bergantian. Akan lebih baik lagi apabila pengunjung membawa sendiri laptop" terang Praharsini.

Program ini dilaksanakan untuk dapat mewujudkan layanan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali yang berbasiskan teknologi informasi sehingga kedepannya perpustakaan dan arsip benar-benar bisa berfungsi sebagai tempat belajar, pelestarian, penelitian dan sekaligus rekreasi. Praharsini berharap, program ini akan dapat dilaksanakan dalam waktu dekat. Sehingga masyarakat akan semakin cepat menikmati layanan berbasis teknologi ini.

Selasa, 10 Maret 2009

SEMINAR DAN MUSDA IPI BALI

Perpustakaan dan Akselerasi Pemberdayaan Masyarakat

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), mungkin tidak banyak orang mengetahuinya. IPI memang tidak sepopuler PGRI, misalnya. Padahal sebagai sebuah organisasi profesi IPI sudah cukup lama berdiri.

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) didirikan pada tanggal 6 Juli 1973 dalam Kongres Pustakawan Indonesia yang diadakan di Ciawi, Bogor, 5-7 Juli 1973. Kongres ini merupakan perwujudan kesepakatan para pustakawan yang tergabung dalam APADI, HPCI dan PPDIY dalam pertemuan di Bandung pada tanggal 21 Januari 1973 untuk menggabungkan seluruh unsur pustakawan dalam satu asosiasi. Dalam perjalanan panjang sejarah perpustakaan di negeri ini, jauh sebelum IPI lahir, sudah ada beberapa organisasi pustakawan di Indonesia. Mereka ini adalah Vereeniging tot Bevordering van het Bibliothekwezen (1916), Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API) 1953, Perhimpunan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia (PAPSI) 1954, Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia (PAPADI) 1956, Asosiasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia (APADI) 1962, Himpunan Perpustakaan Chusus Indonesia (HPCI) 1969, dan Perkumpulan Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta (PPDIY).

Dalam Kongres Pustakawan Indonesia tahun 1973 tersebut, ada dua acara utama yang diagendakan, yaitu (1) seminar tentang berbagai aspek perpustakaan, arsip, dokumentasi, informasi, pendidikan, dan (2) pembentukan organisasi sebagai wadah tunggal bagi pustakawan Indonesia. Berkaitan dengan acara yang disebut terakhiri, Ketua HPCI Ipon S. Purawidjaja melaporkan bahwa sebagian besar anggota HPCI, melalui rapat di Bandung tanggal 24 Maret 1973 dan angket, setuju untuk bergabung dalam satu organisasi pustakawan. APADI pun memutuskan bersedia meleburkan diri melalui keputusannya tertanggal 4 Juli 1973, dan terhitung sejak 7 Juli 1973 APADI bubar sejalan dengan terbentuknya IPI.
Dengan kesepakatan bersama itu, maka kongres Ciawi melahirkan wadah tunggal pustakawan Indonesia, yaitu Ikatan Pustakawan Indonesia. Pemilihan untuk Pengurus Pusat, yang didahului dengan penyampaian tata tertib pemilihan, menghasilkan a.l. ketua Soekarman, sekretaris J.P. Rompas, dan bendahara Yoyoh Wartomo. Komisi yang terbentuk di antaranya adalah Komisi Perpustakaan Nasional yang diketuai oleh Mastini Hardjoprakoso, Perpustakaan Khusus oleh Luwarsih Pringgoadisurjo (alm.) dan Pendidikan Pustakawan oleh Sjahrial Pamuntjak. Pada tanggal 7 Juli 1973 itu juga Anggaran Dasar IPI yang terdiri dari 24 pasal disahkan oleh peserta Kongres.

Terkait dengan misi dan visi IPI, pada Rabu, 11 Maret 2009, IPI Daerah Bali telah menyelenggarakan Seminar Ilmiah dan Musda ke-3. Menurut Ketua Panitia, M. Usman Abroni, S.Sos. kegiatan yang mengambil tema "Perpustakaan dan Akselerasi Pemberdayaan Masyarakat" ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan peran IPI dalam forum kerjasama perpustakaan dalam pembangunan. “ Seminar dan Musda ini diharapkan akan dapat meningkatkan koordinasi, penyamaan visi, serta meningkatkan wawasan, intelektualitas dan profesionalisme pustakawan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi global”, ujar Usman dalam laporannya.

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula BLPP – Sesetan ini, mempunyai agenda utama pemilihan pengurus dan penyusunan program kerja IPI periode 2009-2011 serta seminar ilmiah. Seminarnya menampilkan empat orang narasumber, yaitu : IB. Mahasadi, S.Sos.M.Si (Biro Organisasi Setda Provinsi Bali), Drs. Kt. Sri Setiabudi, BA. (Perpustakaan Umum Kab. Badung), Albiner Silaen, SE. (Badan Perpustakaan & Arsip Prov. Bali), dan Drs. Putu Suhartika, M.si. (Perpustakaan UNUD).

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Ni Luh Putu Praharsini, SH, dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa, dalam menyikapi era keterbukaan, persaingan sehat, transparansi serta tuntutan akuntabilitas kepada publik / masyarakat luas, maka IPI sebagai wadah dari organisasi pustakawan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam memenuhi tuntutan memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam pengembangan dan pemberdayaan perpustakaan.

Praharsini menegaskan, menarik atau tidaknya profesi pustakawan tersebut sangat tergantung atau berpulang kepada pustakawan itu sendiri. Sebab secara formal pemerintah telah mengakui dan menetapkan bahwa jabatan fungsional pustakawan merupakan salah satu jabatan fungsional sebagaimana jabatan fungsional yang lain seperti guru, peneliti dan lain sebagainya. Bentuk formal pengakuan pemerintah tersebut adalah dikeluarkannya SK Menpan Nomor 33/Men/PAN/1998 dan direvisi SK Menpan Nomor 132/Kep/Men/PAN/12/2002, dan lahirnya Undang-undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007

Dalam pembukaan kegiatan yang dihadiri kurang lebih 150 orang pustakawan tersebut, Praharsini menegaskan bahwa, sebagai organisasi profesi di bidang perpustakaan dan informasi IPI seharusnya dapat lebih berperan dalam meningkatkan mutu profesi para anggotanya. “Pertemuan ilmiah dan seminar hendaknya bisa dilaksanakan berkesinambungan, minimal dua kali dalam setahun. Karena seminar / pertemuan ilmiah merupakan wahana untuk dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, bahkan penghayatan atas nilai-nilai profesional yang diperlukan”, ucap Praharsini di hadapan peserta Seminar dan Musda IPI.

Senin, 02 Maret 2009

LOMBA MINAT BACA


Minat baca masyarakat Indonesia rendah? Pernyataan ini sudah berulang kali kita dengar dari berbagai sumber. Banyak pakar menyimpulkan akar persoalannya ada pada budaya bangsa kita yang lebih mengedepankan budaya lisan dibandingkan budaya baca. Begitu juga dengan budaya tulis, bisa dibilang lebih payah dibanding negara lain.

Tidak sedikit upaya telah dilaksanakan oleh Pemerintah untuk memecahkan masalah ini. Satu contoh, pada setiap bulan September ditetapkan sebagai Pencanangan Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Pencanangan ini diharapkan akan mendukung program wajib belajar dan membangun masyarakat yang gemar membaca. Kesadaran akan pentingnya membentuk kebiasaan membaca dan menciptakan masyarakat gemar membaca pada gilirannya akan berperan dalam menjunjung upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan secara khusus meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Dra. Nyoman Andari, Kepala Bidang Layanan Perpustakaan menyatakan, diperlukan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan agar minat baca masyarakat pada umumnya dan anak-anak didik kita pada khususnya dapat ditumbuhkembangkan secara mantap. “Untuk mempercepat peningkatan keterampilan dan kebiasaan membaca, disamping melalui buku-buku bacaan dan referensi yang mempunyai peranan sangat penting, perlu juga upaya-upaya kegiatan lainnya yang sifatnya merangsang dan memotivasi masyarakat untuk membaca”, imbuh Andari disela-sela kesibukannya melaksanakan layanan perpustakaan.

Terkait dengan peningkatan Minat Baca, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali setiap tahunnya selalu melaksanakan Lomba Minat Baca. Pada tahun 2008 kemarin lomba dilaksanakan dengan mengambil tema ”Membangun Masyarakat Melalui Budaya Baca dan Perpustakaan “. Sasaran kegiatan ini adalah siswa tingkat TK, SD, SMP dan SMA / SMK se-Bali. Andari menyebutkan, tujuan kegiatan ini adalah untuk membangkitkan minat baca tulis masyarakat dalam upaya mewujudkan terciptanya masyarakat gemar membaca, gemar menulis, dan gemar belajar. Disamping itu, lanjut Andari, kegiatan ini berupaya menumbuhkan kebiasaan membaca pada setiap anggota masyarakat sehingga membaca bisa menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam hidupnya.

Bentuk lomba yang dilaksanakan berupa (1) Lomba Mewarnai Tingkat Taman Kanak-Kanak se-Bali , (2) Lomba Membaca Cepat Tingkat SD kelas V dan VI se-Bali, (3) Lomba Bercerita / Masatua Tingkat SMP se-Bali, (4) Lomba Berpidato Tingkat SMA/SMK se-Bali, dan (5) Gerak Jalan Santai. Materi yang dilombakan adalah : Tingkat TK berupa Mewarnai Gambar, Tingkat SD berupa Membaca Cepat, Tingkat SMP berupa Bercerita/masatua Bali, dan Tingkat SMA/SMK berupa Berpidato dalam Bahasa Indonesia.

Kegiatan Lomba Mewarnai Tingkat Tk. se-Bali dilaksanakan hari Selasa, 9 September 2008. Sedangkan Lomba Membaca Cepat Tingkat SD se-Bali dilaksanakan hari Senin, 1 September 2008. Untuk Lomba Bercerita Tingkat SMP se-Bali dilaksanakan hari Selasa dan Rabu, 2 s.d 3 September 2008. Lomba Berpidato Tingkat SMA/SMK se-Bali dilaksanakan hari Kamis s.d Jumat, 2 s.d 3 September 2008. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan mulai pukul 09.00 Wita sampai selesai di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali.

Pelaksanaan final dari Lomba Membaca Cepat Tingkat SD, Lomba Bercerita Tingkat SMP, Lomba Berpidatao Tingkat SMA/SMK yang masuk nominasi dilaksanakan hari Senin, 8 September 2008 pukul 09.00 Wita sampai selesai di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Sedangkan Gerak Jalan Santai dilaksakan hari Jumat, 12 September 2008 pukul 06.30 Wita yang pelaksanaannya start dan finish di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali

Sistem penilaian lomba meliputi : (1) untuk Bercerita : Kreativitas anak / cara mewarnai, Kebersihan / keterampilan, Tuntas / semua bidang gambar diberi warna, (2) membaca cepat : Penampilan, Bahasa, Penguasaan materi, Kecepatan dan pemahaman, (3) bercerita / masatua Bali : Penampilan, Cara / teknik bercerita, Penguasaan materi, Kemampuan / skill peserta, (4) berpidato : Penampilan, Penguasaan materi / naskah, Bahasa dan teknik berpidato. Tim juri terdiri dari Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum., Ida Bagus Gana Murti, SH. SS, dan I. G.A.A. Mas Triadnyani, M.Hum,

Berdasarkan hasil penilaian Dewan Juri Lomba Minat Baca Tingkat Provinsi Bali Tahun 2008, dengan ini diumumkan bahwa yang berhak menjadi pemenang dalam Lomba Minat Baca Tingkat Provinsi Bali Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Lomba Mewarnai Tingkat TK se-Bali :
Juara I : Putu Tina Febri Artaningsih (TK. Swadarma)
Juara II : Rio Aditya (TK. Aisyiyah 2)
Juara III : Ni Wayan Putri Primayanthi (TK. Swadarma)
Juara Harapan I : Alfina Budi Utami (TK. Aisyiyah 1)
Juara Harapan II : Faysa Lugina Nur Fajriany (TK. Aisyiyah 2)
Juara Harapan III : Renisa Velda Anandita S (TK. Aisyiyah 2)

2. Lomba Membaca Cepat Tingkat SD Negeri/Swasta se Bali :
Juara I : I Gusti Ayu Sri Yuliana Pratiwi (SD. Negeri 1 Karangasem)
Juara II : Apollus Dimas Tori Putra Pangkur (SD. Negeri 6 Panjer)
Juara III : Ni Putu Debby Chintya Kirana (SD. Saraswati 3 Denpasar)
Juara Harapan I : Putra Ramendra Dirgantara (SD. Saraswati 4 Denpasar)
Juara Harapan II : Diva Faradilla (SD. Negeri 8 Sanur)
Juara Harapan III : I Gst. Ngr. Teja Tri Wahyuni (SD. Negeri 2 Sibangkaja)

3. Lomba Masatua Bali Tingkat SMP Negeri/Swasta se Bali :
Juara I : Ni Wayan Cahyani (SMP Madya Widya Darma Bangli)
Juara II : Komang Tri Astuti Rahayu (SMP Negeri 1 Susut)
Juara III : Ida Bagus Putu Tilem Singarsa (SMP Negeri 1 Abiansemal)
Juara Harapan I : Ni Putu Gian Linda Juwita (SMP Negeri 3 Denpasar)
Juara Harapan II : Ni Luh Pt. Wulan Dewi Saraswati (SMP Negeri 1 Denpasar)
Juara Harapan III : Dian Sinthayani (SMP Negeri 1 Singaraja)

3. Lomba Berpidato Tingkat SMA/SMK Negeri/Swasta se-Bali :
Juara I : Sari Dewi Noviyanti (SMA Negeri 1 Singaraja)
Juara II : Gusti Ngurah Arya Purnama Putra (SMA Negeri 1 Melaya)
Juara III : Ni Putu Asteria Yuniarti (SMA Negeri 1 Abiansemal)
Juara Harapan I : Monica (SMA Negeri 4 Denpasar)
Juara Harapan II : Santhi Pradayini Savitri (SMA Negeri 1 Semarapura)
Juara Harapan III : Ni Luh Christina Prapmika Jayanti (SMAN 1 Denpasar)

Kepada para juara lomba bercerita tingkat TK, SD dan SMP masing-masing diberikan hadiah sebagai berikut :
Juara I Uang Tunai senilai Rp. 1.000.000 + Piala dan Piagam
Juara II Uang Tunai senilai Rp. 750.000 + Piala dan Piagam
Juara III Uang Tunai senilai Rp. 500.000 + Piala dan Piagam
Juara Harapan I Uang Tunai senilai Rp. 350.000 + Piala dan Piagam
Juara Harapan II Uang Tunai senilai Rp. 250.000 + Piala dan Piagam
Juara Harapan III Uang Tunai senilai Rp. 150.000 + Piala dan Piagam

Kepada para Juara lomba Berpidato Tingkat SMA/SMK Negeri/Swasta se Bali masing – masing diberikan hadiah sebagai berikut :
Juara I Uang Tunai senilai Rp. 1.250.000 + Piala dan Piagam
Juara II Uang Tunai senilai Rp. 1.000.000 + Piala dan Piagam
Juara III Uang Tunai senilai Rp. 750.000 + Piala dan Piagam
Juara Harapan I Uang Tunai senilai Rp. 500.000 + Piala dan Piagam
Juara Harapan II Uang Tunai senilai Rp. 350.000 + Piala dan Piagam
Juara Harapan III Uang Tunai senilai Rp. 250.000 + Piala dan Piagam

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali bertekad akan terus melaksanakan kegiatan sejenis setiap tahunnya. Untuk tahun 2009 telah pula dipersiapkan pelaksanaannya. Andari berharap kualitas dan kuantitas kegiatan yang berupaya menumbuhkembangkan minat baca masyarakat akan semakin meningkat, sehingga masyarakat Indonesia akan semakin cerdas. "Sekolah-sekolah di seluruh Bali sudah seharusnya menyiapkan jago-jagonya untuk mengikuti lomba minat baca ini" ujarnya.

Menurut Andari, Panitia sudah mulai mempersiapkan pelaksanaan Lomba Minat Baca Tahun 2009. Rencananya lomba tahun ini akan dilaksanakan sekitar bulan Juli - Agustus 2009. Penyerahan hadiah akan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan tanggal 14 September 2009. Jenis lomba dan peserta / sasaran tetap melibatkan siswa TK, SD, SMU/SMK, Mahasiswa dan Masyarakat Umum. "Yang agak berbeda mungkin kemasannnya. Kami sedang susun perencanaannya sehingga kegiatan tersebut lebih mengena kepada masyarakat luas", ujar Andari meyakinkan.

Rabu, 11 Februari 2009

PERPUSTAKAAN, SABTU DAN MINGGU TETAP BUKA

Sebagai bagian dari komitmen untuk memberikan pelayanan prima di bidang perpustakaan, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali melaksanakan layanan Sabtu dan Minggu. Kebijakan buka layanan pada saat kantor / dinas lain libur ini juga sebagai upaya menyerap aspirasi masyarakat pengguna jasa perpustakaan (pemustaka).
Masyarakat, khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa menyambut baik dibukanya layanan Sabtu dan Minggu ini. Mereka merasakan manfaat langsung bisa menikmati layanan tersebut seluas-luasnya, tanpa harus kejar-kejaran dengan waktu melaksanakan aktivitas perkuliahan / belajar di sekolah. Belakangan ini, hampir setiap Sabtu dan Minggu jumlah kunjungan mengalami peningkatan.
Adapun jam buka layanan sirkulasi (pengembalian dan peminjaman) yang diberlakukan saat ini adalah sebagai berikut :
  • Senin s/d Kamis : Pkl. 08.00 - 15.15 Wita
  • Jumat : Pkl. 08.00 - 12.45 Wita
  • Sabtu : Pkl. 08.00 - 15.15 Wita
  • Minggu : Pkl. 08.00 - 13.00 Wita

Layanan perpustakaan ditutup hanya pada saat libur nasional dan libur fakultatif seperti Galungan, Kuningan, Pagerwesi, dan libur fakultatif lainnya yang diatur dengan Keputusan Gubernur Bali.

Dengan kebijakan jam buka layanan pada hari Sabtu dan Minggu ini diharapkan masyarakat akan semakin banyak mempunyai pilihan waktu untuk memanfaatkan jasa perpustakaan. Data kunjungan memperlihatkan semakin banyak orang tua yang mempunyai waktu dan kesempatan langsung mengantarkan anak-anaknya untuk membaca ke perpustakaan pada hari Sabtu / Minggu. Kepala Badan Perpustakaan & Arsip Provinsi Bali, Luh Putu Praharsini, SH. dalam setiap kesempatan menekankan harapannya untuk menjadikan perpustakaan bukan hanya sekedar tempat belajar dan penelitian saja, tetapi juga sekaligus bisa berfungsi sebagai tempat rekreasi keluarga. Praharsini berharap bisa meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan sehingga masyarakat semakin membutuhkan layanan perpustakaan. Untuk itu, praharsini akan mengupayakan untuk menata lebih jauh fasilitas perpustakaan baik menyangkut tata ruang/interior, fasilitas penelusuran, koleksi, fasilitas audio visual, sumber daya manusia, bahkan termasuk fasilitas kantin sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah layanan perpustakaan modern.

Senin, 09 Februari 2009

MOBIL KELILING KABUPATEN TABANAN

Dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di desa-desa yang jauh dari pusat informasi, Perpustakaan Nasional RI memberikan hadiah hibah berupa Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) kepada perpustakaan-perpustakaan di Kabupaten / Kota se Indonesia. Penyerahan MPK secara simbolis dilaksanakan di Perpustakaan Nasional RI Jl. Salemba Raya 28 A Jakarta pada Jumat 6 Februari 2009.
MPK tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Drs. Dedy Rachmananta, MLS. Untuk Provinsi Bali, tahun 2009 ini menerima 1 unit MPK yang dimanfaatkan untuk layanan keliling di Kabupaten Tabanan. MPK tersebut diterima langsung oleh Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tabanan. Turut hadir dalam penyerahan tersebut Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Dalam penyerahan MPK tersebut disertakan pula bantuan koleksi berupa buku-buku umum sebanyak 1.132 eksemplar.
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Luh Putu Praharsini, SH. dalam pesan emailnya menyatakan, dengan diserahkannya MPK tersebut, maka masyarakat yang jauh dari pusat informasi di Kabupaten Tabanan akan dapat terlayani dengan baik. Praharsini berharap MPK tersebut akan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tabanan untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Tabanan dan pada akhirnya minat baca masyarakat akan semakin meningkat.

Senin, 26 Januari 2009

Sejarah Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali

Keberadaan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Perpustakaan Negara Provinsi Bali yang pertama kali didirikan di Singaraja pada tanggal 1 Februari 1959. Saat itu perpustakaan ini dipimpin oleh St. Kosta Soegeng sampai dengan tahun 1968. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 095/0/1979 tanggal 29 Mei 1979, mengalami perubahan nama menjadi Perpustakaan Wilayah dan ada dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan klasifikasi tipe B dikarenakan jumlah koleksi buku yang ada pada saat itu kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) judul.
Mengingat pentingnya peran perpustakaan sebagai tempat kegiatan non formal, juga salah satu sarana pelestarian bahan pustaka yang berfungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi kebudayaan dan lainnya, maka pada tanggal 6 Maret 1989 terbitlah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional. Dengan terbitnya Keppres tersebut nama Perpustakaan Wilayah diganti menjadi Perpustakaan Daerah Bali. Perpustakaan ini berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pada saat proses pengalihan status ini, Perpustakaan Daerah dipimpin oleh Made Sutanaya, BA. (1968-1990).
Pada bulan Desember 1997 terbit Keppres Nomor 50 tahun 1997 tentang Perpustakaan Nasional RI yang kemudian diikuti dengan terbitnya Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 44 tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI. Dengan terbitnya Keppres dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional tersebut, maka Perpustakaan Daerah Bali berubah nama lagi menjadi Perpustakaan Nasional Provinsi Bali dengan peningkatan status menjadi perpustakaan tipe A (eselonering II) karena jumlah koleksinya lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) judul..
Dengan adanya kebijakan pindahnya kantor-kantor tingkat Provinsi dari Singaraja ke Denpasar maka perpustakaan ini juga ikut pindah ke Denpasar. Perpustakaan yang di Singaraja selanjutnya berstatus Unit Layanan. Terhitung dari tahun 1990 sampai dengan 1999 perpustakaan ini dipimpin oleh Drs. I Wayan Rateng Arimbawa. Selanjutnya sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 pimpinan perpustakaan ini dipegang oleh Drs. Elazar Mangku Barus, SH.
Terbitnya UU tentang Otonomi Daerah serta Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Bali Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2001, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, menjadikan perpustakaan ini bukan lagi lembaga vertikal / pusat tapi telah lebur menjadi salah satu perangkat di daerah (Provinsi Bali). Nama lembaganya pun kemudian menyesuaikan menjadi Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali. Seluruh asset dan personilnya diserahkan kepada Gubernur Bali. Pada saat ini pimpinan dipegang oleh Albiner Silaen, SE. (2000-2008).
Sejak diberlakukannya PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, serta diterbitkannya Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Bali Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, maka sejak 28 Juli 2008 perpustakaan ini digabung dengan Kantor Arsip Daerah. Nama lembaganyapun kemudian berubah menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Terhitung sejak tanggal 28 Agustus 2008 sampai sekarang lembaga ini dipimpin oleh Ni Luh Putu Praharsini, SH.

Widya Pataka 2009

BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP ANUGRAHKAN HADIAH BAGI PENULIS BUKU BALI

Pemerintah Provinsi Bali melalui Badan Perpustakaan dan Arsip, pada tahun 2009 kembali akan memberikan penghargaan ”Widya Pataka” kepada penulis yang telah menulis buku tentang Bali. Yang dimaksud dengan buku Bali adalah semua jenis buku, seperti sastra, bahasa, agama, tradisi, seni, sejarah, pertanian, dan kebudayaan umum.

Penghargaan “Widya Pataka” pertama kali diberikan tahun 2006. Pada saat itu telah diberikan penghargaan kepada 6 (enam) orang Penulis / Pengarang Bali yaitu : Drs. I Nyoman Manda, I Wayan Pamit, I Ketut Ruma (kategori pengarang berbahasa Bali) dan Prof. Dr. I G.N. Nala, M.Ph, Ida Ayu Putu Surayin, Drs. I.B. Putu Sudarsana, MBA, MM. (kategori pengarang berbahasa Indonesia). Kepada masing-masing pengarang diberikan plakat Widya Pataka dan hadiah uang tunai.

Berbeda dengan pelaksanaan tahun 2006, penghargaan “Widya Pataka” tahun 2007 diberikan berupa plakat dan hadiah / bantuan biaya cetak / penerbitan buku dari pengarang bersangkutan. Widya Pataka 2007 diberikan kepada 14 (empat belas) orang pengarang Bali yaitu : IGK TRIBANA (judul buku Desas-desus Seks dalam Pendidikan), KADEK SUARTAYA (Seni Pertunjukan Bali), KETUT WIANA (Sembahyang Memuja Tuhan), MADE ADNYANA (Padi Dumadi), MADE NITIS (Budidaya Gamal di Lahan Kering), MADE SUJAYA (Perkawinan Terlarang), MADE TARO (Dongeng Sepanjang Abad), MAS RUSCITA DEWI (Penari Sanghyang), NYOMAN SUKAYA SUKAWATI (Mencari Surga di Bom Bali), NYOMAN TINGKAT (Kumpulan Esei), NYOMAN WIRATA (Merayakan Pohon di Kebun Puisi), WAYAN JENDRA (Sampradaya, Kelompok Belajar Weda), WAYAN KUN ADNYANA (Nalar Rupa Perupa), dan WAYAN SUNARTA (Impian Usai).

Sambutan masyarakat terhadap buku-buku terbitan program “Widya Pataka” ini cukup bagus. Buku-bukunya yang telah terpajang di berbagai toko buku, baik di Bali maupun luar Bali, cukup laku di pasaran. Bahkan, menurut penerbitnya, untuk memenuhi pesanan / kebutuhan pasar pada Juli 2008 lalu buku-buku tersebut telah mengalami cetak ulang.

Berdasarkan hal tersebut, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali kembali menggelar kegiatan ini di tahun 2008. Penghargaan “Widya Pataka” kembali diberikan kepada 10 orang penulis / pengarang Bali yaitu : Nyoman Darma Putra (Bali dalam Kuasa Politik), Ida Bagus Martinaya (Peti), Made Suantha (Pastoral Kupu-kupu), Sindu Putra (Dongeng Anjing Api), Wayan Juniarta (Bungklang Bungkling), Sunaryono Basuki Ks (Hanya Nestapa), Gde Artawan (Petarung Jambul), Wayan Suardika (Orang Kalah), A.A.G. Oka Wisnumurti (Elit Lokal di Bali), Wayan Artika (Kembali ke Bali). Kesepuluh judul buku yang diterbitkan telah diusahakan mewakili berbagai jenis buku antara lain ada kumpulan puisi, kumpulan cerpen, naskah drama, novel, esei, dan hasil penelitian.

Untuk tahun 2009, kembali akan diberikan penghargaan Widya Pataka kepada 10 orang pengarang/penulis Bali. Rencananya Panitia dan dewan juri akan mulai bekerja sejak awal Februari 2009 untuk menetapkan naskah dari beberapa pengarang yang berhak mendapatkan penghargaan / bantuan biaya cetak. Kriteria penilaian ada lima poin, yaitu kualitas buku, konsistensi, produktivitas, komitmen penulisnya, dan manfaat karyanya untuk masyarakat luas.Widya Pataka rencananya akan diberikan setiap tahun sehingga setiap pengarang / penulis memperoleh kesempatan yang sama dan diharapkan dapat merangsang para penulis untuk terus berkreativitas menulis dan secara tidak langsung akan menumbuhkan iklim yang sehat terhadap pertumbuhan penerbitan buku di Bali.

Widya Pataka 2009 ini direncanakan diserahkan pertengahan awal Nopember 2009. Selain memberikan penghargaan Widya Pataka kepada penulis, Badan Perpustakaan dan Arsip juga akan mengadakan launching, bedah buku dan apresiasi dari buku-buku yang diterbitkan serta temu / forum koordinasi antar penulis dan penerbit. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi dunia penulisan dan penerbitan buku di Bali. Panitia akan mengundang para pakar dan pencinta seni / budaya, penerbit, seniman, pengarang, wartawan, dosen, guru, mahasiswa / siswa dan masyarakat umum untuk menghadiri kegiatan tersebut.

“Widya Pataka” yang dirintis pertama kali tahun 2006 ini diharapkan bisa dilaksanakan berlanjut setiap tahun. Kelak, penghargaan akan diperluas untuk ‘karya cetak dan karya rekam (KCKR)’. Untuk kategori terakhir tentu saja termasuk kaset, video, film documenter, dan sejenis.

Berkaca dari pengalaman pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya, “Widya Pataka” tahun 2009 pun telah dimulai persiapannya. Panitia tidak menginginkan keterlambatan proses pencetakan dan penerbitan dikarenakan kurangnya naskah yang bermutu untuk diterbitkan. Untuk tahun ini saja, panitia dan dewan juri terpaksa harus menghubungi door to door para pengarang / penulis agar mempersiapkan dan mengirimkan naskahnya. Untuk itu Panitia meminta bantuan pada media massa untuk menyebarluaskan informasi kegiatan ini sehingga diharapkan pada awal tahun 2009 telah terkumpul cukup banyak naskah yang bagus untuk diseleksi dan diterbitkan melalui program Widya Pataka.

Selama ini, penghargaan terhadap karya cipta sastrawan Bali diberikan oleh orang lain, seperti Yayasan Kebudayaan Rancage Bandung yang sejak sepuluh tahun terakhir menganugrahi buku terbaik dan tokoh setia dalam dunia pembinaan bahasa dan sastra Bali modern.

Badan Perpustakaan dan Arsip merasa gembira atas produktivitas cendekiawan Bali dalam menulis buku-buku kebudayaan Bali. Rintisan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali ini diharapkan mendapat sambutan baik dari masyarakat.

Banyak penulis Bali yang penuh semangat menulis, mencetak dengan biaya sendiri, mengirimkan ke toko buku, atau mengedarkan sendiri karya-karyanya tanpa pamrih. Dari segi mutu dan manfaat, buku-buku mereka banyak yang berkualitas dan disambut serta digunakan masyarakat termasuk di sekolah-sekolah.

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali selama ini dengan gembira mengoleksi buku-buku tentang Bali yang banyak diminati para pengunjung, baik dibaca di ruang baca yang ber-AC maupun dipinjam ke rumah. Sampai sekarang, Perpustakaan Daerah telah memiliki lebih 3.000 judul koleksi terdiri dari buku dan media umumnya tentang Bali.

Buku tidak saja merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat, tetapi untuk mewariskan peradaban dari generasi ke generasi berikutnya secara tertulis. Kebudayaan Bali bisa agung seperti sekarang karena tradisi sastra dan tulisnya yang berlanjut dari dulu hingga sekarang.

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi Ngurah Wiryanata, di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Jl. Teuku Umar No. 55 Denpasar, HP. 081337161414 – 03618030066 atau via email : ngurahwiryanata@yahoo.com