Senin, 26 Januari 2009

Sejarah Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali

Keberadaan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Perpustakaan Negara Provinsi Bali yang pertama kali didirikan di Singaraja pada tanggal 1 Februari 1959. Saat itu perpustakaan ini dipimpin oleh St. Kosta Soegeng sampai dengan tahun 1968. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 095/0/1979 tanggal 29 Mei 1979, mengalami perubahan nama menjadi Perpustakaan Wilayah dan ada dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan klasifikasi tipe B dikarenakan jumlah koleksi buku yang ada pada saat itu kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) judul.
Mengingat pentingnya peran perpustakaan sebagai tempat kegiatan non formal, juga salah satu sarana pelestarian bahan pustaka yang berfungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi kebudayaan dan lainnya, maka pada tanggal 6 Maret 1989 terbitlah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional. Dengan terbitnya Keppres tersebut nama Perpustakaan Wilayah diganti menjadi Perpustakaan Daerah Bali. Perpustakaan ini berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pada saat proses pengalihan status ini, Perpustakaan Daerah dipimpin oleh Made Sutanaya, BA. (1968-1990).
Pada bulan Desember 1997 terbit Keppres Nomor 50 tahun 1997 tentang Perpustakaan Nasional RI yang kemudian diikuti dengan terbitnya Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 44 tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI. Dengan terbitnya Keppres dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional tersebut, maka Perpustakaan Daerah Bali berubah nama lagi menjadi Perpustakaan Nasional Provinsi Bali dengan peningkatan status menjadi perpustakaan tipe A (eselonering II) karena jumlah koleksinya lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) judul..
Dengan adanya kebijakan pindahnya kantor-kantor tingkat Provinsi dari Singaraja ke Denpasar maka perpustakaan ini juga ikut pindah ke Denpasar. Perpustakaan yang di Singaraja selanjutnya berstatus Unit Layanan. Terhitung dari tahun 1990 sampai dengan 1999 perpustakaan ini dipimpin oleh Drs. I Wayan Rateng Arimbawa. Selanjutnya sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 pimpinan perpustakaan ini dipegang oleh Drs. Elazar Mangku Barus, SH.
Terbitnya UU tentang Otonomi Daerah serta Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Bali Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2001, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, menjadikan perpustakaan ini bukan lagi lembaga vertikal / pusat tapi telah lebur menjadi salah satu perangkat di daerah (Provinsi Bali). Nama lembaganya pun kemudian menyesuaikan menjadi Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali. Seluruh asset dan personilnya diserahkan kepada Gubernur Bali. Pada saat ini pimpinan dipegang oleh Albiner Silaen, SE. (2000-2008).
Sejak diberlakukannya PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, serta diterbitkannya Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Bali Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, maka sejak 28 Juli 2008 perpustakaan ini digabung dengan Kantor Arsip Daerah. Nama lembaganyapun kemudian berubah menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali. Terhitung sejak tanggal 28 Agustus 2008 sampai sekarang lembaga ini dipimpin oleh Ni Luh Putu Praharsini, SH.

Widya Pataka 2009

BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP ANUGRAHKAN HADIAH BAGI PENULIS BUKU BALI

Pemerintah Provinsi Bali melalui Badan Perpustakaan dan Arsip, pada tahun 2009 kembali akan memberikan penghargaan ”Widya Pataka” kepada penulis yang telah menulis buku tentang Bali. Yang dimaksud dengan buku Bali adalah semua jenis buku, seperti sastra, bahasa, agama, tradisi, seni, sejarah, pertanian, dan kebudayaan umum.

Penghargaan “Widya Pataka” pertama kali diberikan tahun 2006. Pada saat itu telah diberikan penghargaan kepada 6 (enam) orang Penulis / Pengarang Bali yaitu : Drs. I Nyoman Manda, I Wayan Pamit, I Ketut Ruma (kategori pengarang berbahasa Bali) dan Prof. Dr. I G.N. Nala, M.Ph, Ida Ayu Putu Surayin, Drs. I.B. Putu Sudarsana, MBA, MM. (kategori pengarang berbahasa Indonesia). Kepada masing-masing pengarang diberikan plakat Widya Pataka dan hadiah uang tunai.

Berbeda dengan pelaksanaan tahun 2006, penghargaan “Widya Pataka” tahun 2007 diberikan berupa plakat dan hadiah / bantuan biaya cetak / penerbitan buku dari pengarang bersangkutan. Widya Pataka 2007 diberikan kepada 14 (empat belas) orang pengarang Bali yaitu : IGK TRIBANA (judul buku Desas-desus Seks dalam Pendidikan), KADEK SUARTAYA (Seni Pertunjukan Bali), KETUT WIANA (Sembahyang Memuja Tuhan), MADE ADNYANA (Padi Dumadi), MADE NITIS (Budidaya Gamal di Lahan Kering), MADE SUJAYA (Perkawinan Terlarang), MADE TARO (Dongeng Sepanjang Abad), MAS RUSCITA DEWI (Penari Sanghyang), NYOMAN SUKAYA SUKAWATI (Mencari Surga di Bom Bali), NYOMAN TINGKAT (Kumpulan Esei), NYOMAN WIRATA (Merayakan Pohon di Kebun Puisi), WAYAN JENDRA (Sampradaya, Kelompok Belajar Weda), WAYAN KUN ADNYANA (Nalar Rupa Perupa), dan WAYAN SUNARTA (Impian Usai).

Sambutan masyarakat terhadap buku-buku terbitan program “Widya Pataka” ini cukup bagus. Buku-bukunya yang telah terpajang di berbagai toko buku, baik di Bali maupun luar Bali, cukup laku di pasaran. Bahkan, menurut penerbitnya, untuk memenuhi pesanan / kebutuhan pasar pada Juli 2008 lalu buku-buku tersebut telah mengalami cetak ulang.

Berdasarkan hal tersebut, Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali kembali menggelar kegiatan ini di tahun 2008. Penghargaan “Widya Pataka” kembali diberikan kepada 10 orang penulis / pengarang Bali yaitu : Nyoman Darma Putra (Bali dalam Kuasa Politik), Ida Bagus Martinaya (Peti), Made Suantha (Pastoral Kupu-kupu), Sindu Putra (Dongeng Anjing Api), Wayan Juniarta (Bungklang Bungkling), Sunaryono Basuki Ks (Hanya Nestapa), Gde Artawan (Petarung Jambul), Wayan Suardika (Orang Kalah), A.A.G. Oka Wisnumurti (Elit Lokal di Bali), Wayan Artika (Kembali ke Bali). Kesepuluh judul buku yang diterbitkan telah diusahakan mewakili berbagai jenis buku antara lain ada kumpulan puisi, kumpulan cerpen, naskah drama, novel, esei, dan hasil penelitian.

Untuk tahun 2009, kembali akan diberikan penghargaan Widya Pataka kepada 10 orang pengarang/penulis Bali. Rencananya Panitia dan dewan juri akan mulai bekerja sejak awal Februari 2009 untuk menetapkan naskah dari beberapa pengarang yang berhak mendapatkan penghargaan / bantuan biaya cetak. Kriteria penilaian ada lima poin, yaitu kualitas buku, konsistensi, produktivitas, komitmen penulisnya, dan manfaat karyanya untuk masyarakat luas.Widya Pataka rencananya akan diberikan setiap tahun sehingga setiap pengarang / penulis memperoleh kesempatan yang sama dan diharapkan dapat merangsang para penulis untuk terus berkreativitas menulis dan secara tidak langsung akan menumbuhkan iklim yang sehat terhadap pertumbuhan penerbitan buku di Bali.

Widya Pataka 2009 ini direncanakan diserahkan pertengahan awal Nopember 2009. Selain memberikan penghargaan Widya Pataka kepada penulis, Badan Perpustakaan dan Arsip juga akan mengadakan launching, bedah buku dan apresiasi dari buku-buku yang diterbitkan serta temu / forum koordinasi antar penulis dan penerbit. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi dunia penulisan dan penerbitan buku di Bali. Panitia akan mengundang para pakar dan pencinta seni / budaya, penerbit, seniman, pengarang, wartawan, dosen, guru, mahasiswa / siswa dan masyarakat umum untuk menghadiri kegiatan tersebut.

“Widya Pataka” yang dirintis pertama kali tahun 2006 ini diharapkan bisa dilaksanakan berlanjut setiap tahun. Kelak, penghargaan akan diperluas untuk ‘karya cetak dan karya rekam (KCKR)’. Untuk kategori terakhir tentu saja termasuk kaset, video, film documenter, dan sejenis.

Berkaca dari pengalaman pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya, “Widya Pataka” tahun 2009 pun telah dimulai persiapannya. Panitia tidak menginginkan keterlambatan proses pencetakan dan penerbitan dikarenakan kurangnya naskah yang bermutu untuk diterbitkan. Untuk tahun ini saja, panitia dan dewan juri terpaksa harus menghubungi door to door para pengarang / penulis agar mempersiapkan dan mengirimkan naskahnya. Untuk itu Panitia meminta bantuan pada media massa untuk menyebarluaskan informasi kegiatan ini sehingga diharapkan pada awal tahun 2009 telah terkumpul cukup banyak naskah yang bagus untuk diseleksi dan diterbitkan melalui program Widya Pataka.

Selama ini, penghargaan terhadap karya cipta sastrawan Bali diberikan oleh orang lain, seperti Yayasan Kebudayaan Rancage Bandung yang sejak sepuluh tahun terakhir menganugrahi buku terbaik dan tokoh setia dalam dunia pembinaan bahasa dan sastra Bali modern.

Badan Perpustakaan dan Arsip merasa gembira atas produktivitas cendekiawan Bali dalam menulis buku-buku kebudayaan Bali. Rintisan Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali ini diharapkan mendapat sambutan baik dari masyarakat.

Banyak penulis Bali yang penuh semangat menulis, mencetak dengan biaya sendiri, mengirimkan ke toko buku, atau mengedarkan sendiri karya-karyanya tanpa pamrih. Dari segi mutu dan manfaat, buku-buku mereka banyak yang berkualitas dan disambut serta digunakan masyarakat termasuk di sekolah-sekolah.

Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali selama ini dengan gembira mengoleksi buku-buku tentang Bali yang banyak diminati para pengunjung, baik dibaca di ruang baca yang ber-AC maupun dipinjam ke rumah. Sampai sekarang, Perpustakaan Daerah telah memiliki lebih 3.000 judul koleksi terdiri dari buku dan media umumnya tentang Bali.

Buku tidak saja merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat, tetapi untuk mewariskan peradaban dari generasi ke generasi berikutnya secara tertulis. Kebudayaan Bali bisa agung seperti sekarang karena tradisi sastra dan tulisnya yang berlanjut dari dulu hingga sekarang.

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi Ngurah Wiryanata, di Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Bali, Jl. Teuku Umar No. 55 Denpasar, HP. 081337161414 – 03618030066 atau via email : ngurahwiryanata@yahoo.com